Saturday, April 23, 2011

TERIK SANG SURYA

Berjalan menyusuri sebuah gang di 'pemukiman' mahasiswa. Panas menyengat tak pandang bulu. Siapa pun yang berani berkeliaran di siang ini, bersiap-siaplah untuk merelakan kulit (yang tak tertutup pakaian) sebagai 'santapan makan siang' sang penerang bumi. Tampak segerombolan awan hitam di bagian barat. Tak tahu, bakal turun hujan ataukah hanya "mendung tak berarti hujan".

Semakin masuk ke dalam gang tersebut, terlihat dengan jelas sebuah pemandangan 'mengharukan'. Bagaimana tidak, di siang hari saat matahari bersinar dengan gagahnya, belasan orang bekerja keras mendirikan sebuah 'gubug' bagi perantau.

Tak peduli lagi dengan sengatan energi paling dahsyat yang menimpa tubuh mereka. Mungkin rasa itu sudah tak berarti apa-apa lagi bagi mereka. Sudah menjadi kebiasaan. Bahkan, radiasi kalor dari matahari yang lebih panas dari hari ini telah mereka rasakan.

No comments:

Post a Comment