Tuesday, August 30, 2011

Malam Takbiran

Gema takbir terdengar dari masjid-masjid yang akan menjalankan sholat idul fitri esok hari. Tidak semua sih, karena ada yang sudah lebaran tadi. Tapi tidak apa-apa, perbedaan harus memunculkan sikap toleransi dan saling menghargai.

Malam ini, malam yang cukup dingin, menurutku. Aku yang duduk sendirian di teras rumah sembari mendengarkan suara-suara yang mengagungkan asma Allah, sedikit merasakan aura dinginnya malam ini. Sebuah alasan yang membuatku malas untuk kemana-mana, di samping karena tak ada teman. Lagian, buat apa pula menghabiskan waktu untuk sekadar "takbir keliling" yang nggak jelas tujuannya. Hah! Mending tidur berselimut tebal dan mendapati esok adalah hari kemenangan.

Duuaaaaarrrrr!!!
Suara mercon kembang api mengagetkanku yang sedang mencoba konsentrasi untuk membuat sebuah tulisan. Hobi yang akhir-akhir ini agak terbengkalai karena beberapa hal.

"Sopo to sing nyuleti long ket mau ki?" batinku. "Ngaget-ngageti wae". (Tak usah ditranslate ya?).

Sebenarnya, sudah dari maghrib tadi sih suara mercon-mercon itu diledakkan. Ah, pada kurang kerjaan saja! Mentang-mentang punya uang banyak, terus diledakkan begitu saja! Lebih baik dikasihkan aku! (Ngarep).

Setelah itu, rombongan "gang" motor dusun sebelah lewat, entah mau kemana! Bukan urusanku. Semoga tidak dilanjutkan dengan rombongan truk dengan suara bedug yang jauh dari enak untuk didengar.

=*=*=*=

Drrrttt... Drrrttt...

HP ku bergetar, tanda ada sebuah sms masuk. Dari beberapa teman yang kelebihan bonus sms, mengucapkan selamat lebaran.

Aku tersenyum.

Kucoba membalas. Sent. But, not delivered a.k.a failed. Adhuh! Malas kali nih! Operatornya yang nggak mau menyampaikan atau memang pesannya lagi ikut takbiran di masjid. (Alasan yang konyol).

"Yasud, mending nglanjutin nulis."

Wah, dinginnya mulai menusuk-nusuk tulangku. Tapi, mau masuk rumah kok nggak lebih asyik daripada duduk diterangi lampu di jalan. Hmmm...

Atau ke masjid saja ya? Tapi nggak ada temannya. Anak-anak yang sebaya pasti lagi "takbir keliling". Di masjid, adanya anak kecil dan para bapak-bapak. Sama saja kalau aku ke masjid. Bengong.

Memikirkan cara "ujung" besok? Ogah! Sudah nggak dapat "angpao" lagi. Hehehe...

Pengennya sih membunyikan mercon gitu. (Lho, tadi ngata-ngatain orang yang membunyikan mercon, kok sekarang malah pengen membunyikan sendiri?) Tapi, masalahnya, aku nggak punya. Selain karena nggak punya uang buat beli, juga karena nggak sempat beli. Boro-boro beli mercon, baju baru saja kagak ada!

"Ada nggak ya, yang berbaik hati ngasih satu aja mercon kembang api? Hehehe..."

Thursday, August 25, 2011

Dasar!!!

Hmmm...

Mencoba membuka memori otak waktu aku kecil dulu, tepatnya ketika aku duduk di bangku SD.
Saat bulan ramadhan, entah kenapa kenakalanku kumat. Nggak percaya, kan? Aku saja juga nggak percaya! (Lho?). Seperti apa bentuk kenakalanku?

Dimulai setelah menunaikan ibadah sholat shubuh di masjid, biasa lah, namanya juga anak-anak, pasti berkumpul dulu dengan sesamanya. Tidak pulang ke rumah, tetapi malah jalan-jalan. Bukan sekedar jalan-jalan shubuh di tengah kegelapan, namun juga mencari gara-gara.

*Tahu kan, kalau puasa-puasa begini, mercon laku keras? Akulah salah satu pelanggan setia. Tiap hari, pasti aku membelinya, ya, walaupun mercon yg harganya 'cepek' dapat lima buah. Hahaha...*

Nah, kebanyakan orang, kalau habis sahur itu pasti melanjutkan mimpinya. Maklum, jadwal memasak dimajukan menjadi pukul dua atau tiga dini hari. Dan, waktu bekerja, kebanyakan dimulai setelah pukul tujuh. Mau ngapain lagi kalau nggak tidur? Ya, nggak? (Mau ngomong YA atau NGGAK sih? Kok double-double?).

Kembali ke JJS. Jalan-Jalan Shubuh. Seperti yang tadi aku bilang, kita tidak hanya sekadar jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas. Ada tujuan terselubung yang sangat tidak baik, yaitu mengganggu orang yang sedang tidur dengan cara membunyikan mercon di dekat rumah orang yang suka marah-marah. (Wah, panjang banget kalimatnya!).

Ketawa-ketawa sendiri kalau mengingat hal itu. Setelah melempar mercon ke sebuah rumah, kami langsung berlari kencang dan mencari sebuah tempat persembunyian yang aman terkendali. Dan dari rumah tersebut, terdengar suara si penghuni rumah--yang sudah udzur--marah-marah nggak jelas. Mengumpat-umpat, sambil berkeliling mencari "pelaku kejahatan". Kami hanya terkekeh-kekeh dari suatu "tempat", sambil merencanakan akal busuk yang lebih menantang.


=Kepada para tetanggaku, maafkanlah kelakukanku dan teman-teman. Kami tidak akan mengulanginya lagi, karena kami sekarang sudah besar. :-D=

Monday, August 15, 2011

Bingung

Bingung. Tak tahu dengan apa yang sedang kupikirkan saat ini.

Sampai dengan detik ini, aku masih tidak sadar terhadap waktu yang telah kuhabiskan selama beberapa tahun terakhir.

Aku tak bisa terus menerus selamanya menikmati hidupku.

Terkadang, aku merasa sedang bermimpi, mimpi panjang yang berlanjut dengan realita kehidupan.

Aku ingin bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang aku pikirkan, tidak terikat dengan sesuatu yang membuatku menjadi tidak nyaman, tidak ada pihak yang mengekang hidupku dan tidak menjumpai sesuatu hal yang tidak menyenangkan.

Entahlah.

Aku merasa tidak sanggup jika harus menghadapi masa depan yang penuh misteri.

Aku juga hanya mau mengingat hal-hal yang menyenangkan di masa lalu yang bersejarah.

Aku merasa sangat lemah, tak mampu berdiri terlalu lama untuk menjadikan hidup lebih hidup.

Tatkala melihat orang yang bahagia, apa yang bisa membuat dia merasa demikian? Aku belum bisa menemukan di mana letak kebahagiaan itu berada.

Aku berpikir, munafikkah aku, yang selalu ingin membuat orang-orang merasa lebih baik tetapi aku sendiri tidak bisa melepaskan diri dari lubang "kehinaan" ini?

Saturday, August 6, 2011

Tingkatan Orang yang Berpuasa

Alhamdulillah, setelah sekian lama vakum dari dunia tulis-menulis (???), malam ini, saya bisa menyempatkan diri untuk berbagi sedikit ilmu. Selama dua minggu kemarin berkutat dengan Ujian Akhir Semester sehingga--sepertinya--tidak punya waktu yang cukup untuk menuangkan ide-ide yang sudah hampir tumpah dari otak. Banyak ide yang sudah menumpuk, minta untuk segera dikeluarkan. Tetapi, karena alasan tadi, tak mungkin diprioritaskan.

Ujian semester memang menjadi faktor utama "penghambat" kegiatan lain. Misalnya, organisasi menjadi agak terbengkalai, jarang menonton TV, lebih sedikit main, dan masih banyak yang lainnya. Ujian dianggap sebagai alasan yang tepat untuk menghindari sesuatu yang tidak diminati. Namun, tidak demikian untuk hal yang sangat digandrungi, ujian di-nomordua-kan. Padahal, sejatinya, kalau memang sudah mempersiapkan ujian jauh-jauh hari sebelumnya, tidak akan ada masalah yang berarti. Akan tetapi, karena mungkin terlena dengan waktu yang lebih "berharga" daripada untuk belajar, alhasil, persiapan ujian hanya--cukup--dengan satu malam.

Baik, saya tidak akan berpanjang kata lagi mengungkit masalah ujian karena saya sendiri juga sudah bosan. (:-)). Saya akan berbagi sedikit ilmu dari salah seorang ustadz yang mengisi kultum sebelum sholat tarawih tadi. Apa itu? Cekidot!

Tingkatan Orang yang Berpuasa

Namun sebelum melangkah lebih jauh lagi tentang tingkatan orang yang berpuasa, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Selama lima hari di bulan puasa, apakah ada yang "bolong"? Berapa juz yang telah dibaca? Berapa kali melakukan sholat sunnah (Dhuha dan Tahajud)? Apa yang dilakukan ketika siang hari?

Cukup dijawab di dalam hati saja.

Orang berpuasa, tidak hanya menahan haus dan lapar saja, tetapi juga menjaga anggota tubuh kita dari segala yang dilarang selama berpuasa. Kalau mungkin puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, saya yakin semua orang bisa melakukannya. Namun, lebih jauh lagi, akan sangat sulit ditemui, orang-orang yang mampu menjaga hal-hal yang membatalkan pahala puasa. Bukan membatalkan puasa.
Hal-hal yang membatalkan puasa ada lima hal, yaitu:
1. Al kidzba (Berdusta)
2. Ghibah (membicarakan orang lain)
3. Namimah (adu domba)
4. Sumpah palsu
5. Tidak bisa menjaga panca indera dari hal-hal yang mengundang syahwat

Nah, ketika kelima hal tadi dilakukan, maka hanya lapar dan dahaga yang didapat dari puasanya. Tidak lebih.

Ketika seseorang hanya mendapatkan lapar dan dahaga dari puasanya, itu merupakan tingkatan pertama, tingkatan paling rendah orang yang berpuasa. Atau disebut shoum al awwam, Puasa orang awam.

Tingkatan yang berikutnya adalah shoum al khuswa, puasa orang khusus. Artinya, selain menahan lapar dan dahaga, juga menjaga diri dari kelima hal yang membatalkan pahala puasa serta menjaga panca indera dari perbuatan yang tidak baik. Jadi, semua anggota tubuhnya berpuasa.

Tingkatan yang terakhir adalah shoum al khuswa fii al khuswa, puasa yang khusus dan lebih khusus lagi. Tingkatan ini sangat berat untuk dijalankan ataupun didapatkan. Hanya al anbiya', para shohabat dan waliyullah. Namun, jangan berkecil hati. Ketika kita punya tekad yang kuat untuk mencapai tingkatan ini dan Allah menghendakinya, bukan tidak mungkin kita akan menggapai hal tersebut. Mengapa begitu berat? Karena, selain menahan lapar dan dahaga serta menjaga anggota tubuh untuk berpuasa, pada tingkatan ini lebih dari itu. Ketika kita memikirkan, "nanti buka puasa, menunya apa?", itu pun tidak boleh. Tidak memikirkan hal-hal sepele yang tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah puasa. Jadi, memang betul-betul beribadah untuk Allah swt.

Wallahu a'lam bish showab.