Saturday, April 23, 2011

MAGIC

Tak tau mau nulis apa di awal tulisan di pagi ini. Kerna hanya ada satu hal yang menyebabkan aku merangkai huruf demi huruf, kata demi kata dan akhirnya menyusun paragraf demi paragraf.

Pagi yang indah. Memang. Cerah. Tak banyak awan yang menutupi tempat aku mengabdi padaNya di bumi ini. Bulan, yang tak purnama, nampak tersenyum menyambutku keluar dari kost yang hendak bersujud di hadapanNya. Aku tak sadar kalau satu-satunya satelit bumi itu selalu menguntit di atasku kemana pun aku berjalan, karna aku memang jarang memerhatikan keberadaannya. Sampai di suatu gang yang sangat kecil, cukup untuk lewat dua orang, aku menoleh ke langit. Aku tersenyum Dengan mata yang masih berat untuk dibuka walaupun mata sudah ku pejamkan selama 3 jam. Maklum. Memang tali setan di pagi hari sangat kuat mengekang orang awwam sepertiku. Tapi, berkat kebiasaan meng-alarm pukul 4.30, tak ada masalah untuk beranjak dari kasur lantai kamar kost.

Kembali setelah aku keluar dari masjid, ku perhatikan sang bulan yang masih tetap tersenyum walaupun keberadaannya (di atasku) akan terganti oleh sang mentari. Tapi, dia tak mengeluh. "Hidup ini adil", katanya. Seperti itulah jawabnya, padahal aku tak bertanya. Dia seolah tau apa yang ada di benak otak tengahku.

Sungguh, pemandangan yang luar biasa. Tak banyak manusia yang 'sempat' menikmati episode seperti ini di dalam hidup mereka. Mereka masih berada di alam mimpi yang tak nyata. Mungkin lebih indah dari pagi ini, tapi kapankah yang ada di dalam mimpi itu akan terwujud.

Sang purnama - yang belum purnama atau mungkin sudah mencapai puncak purnamanya di bulan ini, aku tak tau - tak banyak dikelilingi oleh taburan bintang di atas sana. Terlalu jauh jika dilihat dari bumi.

Ku ingat ketika aku berada di rumah orang tua, tiap malam, sering ku tatap langit yang luas tak berujung. (Hanya Sang Kholiq Yang Maha Tahu dimana ujung lembaran atap itu). Sang bulan kerap 'bermain-main' dengan sang bintang yang tak mampu kuhitung satu per satu. Kangen hal seperti itu. Tapi, jarang kudapati di tanah perantauan ini. Yang ada, hanyalah sekumpulan awan yang menutupi indahnya langit malam. Huft!

No comments:

Post a Comment