Sunday, June 26, 2011

Berbahagialah, Kawan!

Menurutmu, gimana sih ciri2 orang yg berbahagia? Apakah yg punya banyak uang dan harta? Atau yg suka tersenyum? Ataukah orang yg selalu mendapatkan apa yg ia inginkan? Atau...??

Apakah kamu merasa bahagia dgn apa yg sedang kaujalani sekarang? Apa yg membuatmu bahagia? Jika tdk, mengapa kau tak mencoba mencari sebuah kebahagiaan?

Hidup ini cuma sekali. Sebentar pula. Ibarat sebuah perjalanan, hidup ini bak transit atau istirahat sejenak dari panjangnya perjalanan yg akan kita tempuh.

Ada sebagian orang yg bisa menikmati hidup ini. Mereka menjalani aktivitas sehari-hari dgn hati yg ceria, semangat dan penuh keoptimisan. Hidup ini harus dibuat bahagia, soalnya tak kan mungkin bisa diulangi. Namun, kebahagiaan seperti apa?

Masing2 orang punya cara tersendiri untuk membuat dirinya bahagia. Ukuran suatu kebahagiaan tdk mutlak harus seperti ini-itu. Tidak juga harus punya ini-itu, menjadi ini-itu. Karna, masing2 dari kita, mempunyai jalan kehidupan tersendiri. Ada yg jadi inilah, itulah, tdk ada yg sama. Pun tak ubahnya keadaan bahagia dari setiap orang.

Dengan pribadi masing2, sebuah kebahagiaan tentunya akan dpt dicapai jika kita berusaha mensyukuri apa yg ada di dlm diri kita dan apa yg telah kita dapatkan. Bukan memaksa diri kita untuk menjadi apa yg kita inginkan. Melakukan segala sesuatu dgn rasa suka, keikhlasan dan kenyamanan. Bukan dgn keterpaksaan.

Ada beberapa orang yg sudah mendapatkan apa-apa yg mereka inginkan, namun mereka tetap tak bisa menemukan sebuah kebahagiaan. Hanya sebuah rasa kurang, kurang dan kurang. Kenapa? Sebab, mereka melakukan sesuatu hanya untuk memperoleh apa yg menjadi keinginannya, tanpa menyadari apa yg sebenarnya dibutuhkan. Melupakan basic needs yg merupakan sumber kekuatan baginya.

So, mulai sekarang, tak ada alasan untuk berbahagia dgn apa yg kita miliki! Setuju???

Thursday, June 23, 2011

Inikah...??

Aku ingin menghilang dari sini. Menuju ke sebuah tempat di mana setiap orang saling mengenal dan menghormati serta saling menghargai satu sama lain. Di suatu negeri antah berantah, di mana aku bisa menghirup udara kebebasan dan kesejukan. Dunia yang para pemimpinnya bertanggung jawab dan berani melakukan tindakan apapun untuk kepentingan anak buahnya serta tidak hanya memberikan janji, tetapi bukti yang riil. Sehingga, masyarakat akan menaruh kepercayaan kepadanya.

Bukan seperti ini! Para petinggi negara malah asyik-asyikan melancong keluar negeri. Pemimpin memilih bungkam suara saat sebuah kasus membutuhkan dirinya. Para pencuri uang rakyat dibiarkan menghambur-hamburkan uang haram yang berhasil mereka kumpulkan. Orang-orang yang menerima suap, dihiraukan begitu saja, seakan hal tersebut adalah sebuah hal remeh temeh.

Masyarakat kalangan atas, diberikan sebuah hak istimewa tatkala mereka tersandung masalah pidana. Hukum bisa dibeli dengan uang.

Apa kabar rakyat kecil? Keadaan kalian sungguh mengenaskan. Kalian bukannya mendapatkan perlindungan, bantuan dan hak-hak kalian, tetapi malahan sebuah penderitaan yang selalu menghinggapi kalian. Ketika kalian miskin, kematian akan terasa sangat dekat. Ketika kalian berusaha menyadarkan para pejabat kalian, apa yang kalian dapatkan? Tertawa, cuek, ejekan bahkan pistol yang akan menjadi reaksi mereka. Saat kalian hendak meminta hak-hal kalian, justru kalian akan tetap dibiarkan dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian sampai kalian melupakan apa yang kalian minta.

Jika kalian meminta sesuatu kepada mereka, banyak sekali perjuangan yang harus kalian lewati. Pun tak jarang, kalian hanya akan mendapatkan sebuah kekecawaan. Namun, ketika mereka menginginkan sesuatu dari kalian, mau tidak mau, kalian harus memberikannya. Pemaksaan dan segala cara akan mereka lakukan, demi "menyengsarakan" kalian.

Sungguh ironis sekali. Ketika sebuah ideologi hanya terpampang di dinding-dinding tanpa ada bekas sedikit pun di dalam hati. Ideologi hanyalah dipakai sebagai sebuah simbol agar dianggap beradab oleh bangsa lain.

Kekayaan alam memang melimpah ruah. Namun, hasilnya tak dapat dirasakan oleh semua orang. Hanya segelintir orang yang bisa menikmati sepuas nafsu mereka. Lalu, di manakah amanat undang-undang yang selalu disinggung-singgung ketika mereka membicarakan masalah kesejahteraan rakyat?

Inikah yang disebut adil dan beradab? Kemanakah kesejahteraan sosial yang menjadi tujuan negara? Apa guna para petinggi negara jika hanya duduk manis di sana? Untuk apa mereka digaji?

Inikah yang disebut NEGARA?

Monday, June 20, 2011

DASAR!

Ada-ada aja ya tingkah para pengemis sekarang ini? Mulai dari para anak-anak di bawah 7 tahun sampai dengan para lansia. Apalagi di Jakarta. Pengemis-pengemis itu seakan nggak ada habisnya. Bahkan, sampai ada bosnya. Para pengemis itu "dididik" untuk menjadi pengemis yang handal sehingga mampu mendapatkan apa yang dimaui oleh si bos.

Di sekitar tempatku mengenyam pendidikan, sudah tak terhitung berapa dari jumlah mereka yg pernah kujumpai. Pertama, beberapa anak kecil--yang aku yakini, mereka disuruh oleh orang tua ataupun bos mereka--dengan muka memelas dan suara khas "sedekahnya, om", siap mencegat seusai sholat Jumat di beberapa masjid. Bahkan tak hanya waktu Sholat Jumat, di luar jam sholat pun ada. Demikian juga di warung-warung nasi. Anaknya juga sama. Kog nggak bosen ngemis ya? (Namanya juga tuntutan hidup!)

Selanjutnya, ketika aku berangkat kuliah, ada ibu yang menggendong bayinya bersama seorang anaknya yang masih balita, menyodorkan gelas plastik kepada para mahasiswa yang tengah melintas. Sebagian besar dari mereka, sudah pasti akan mengacuhkan keberadaannya. Aku, nggak tiap hari memperhatikannya. Kalau lagi santai, baru kulirik sebentar. Namun, enggan rasanya mengulurkan uang saku barang cepek sekalipun, untuk dimasukkan ke gelas tersebut. Kurasa, lebih baik jika kumasukkan aja ke kotal amal di masjid.
Tempat kost sepertinya menjadi sebuah sasaran yang empuk untuk dimintai sejumlah uang. Usaha mereka--para pengemis--bermacam-macam. Mulai dari mengaku bahwa dia adalah perwakilan dari pondok pesantren atau panti asuhan, bawahan ketua RT yang meminta sumbangan perlombaan, sampai dengan anak-anak yang menggedor-gedor pintu kost.

Pernah suatu kali, ada beberapa orang yang--tiba-tiba saja--membersihkan area sekitar kost. Kemudian, satu orang mengetuk pintu, mau meminta bantuan agar kita (para penghuni kost) juga ikut membersihkan. Usut punya usut, ternyata mereka cuma mau diberi uang. Bilangnya sih buat beli kopi. Setelah kuberi beberapa lembar uang ribuan, tidak lama kemudian, batang hidung mereka tak tampak. Kemana mereka? Katanya mau bersih2?

Belum lagi ada bapak-bapak yang dengan tenangnya, masuk ke kost. Mentang-mentang lagi nggak dikunci. Untungnya ada aku dan beberapa temenku yang sedang nonton tv di ruang tengah. Coba kalau enggak? Masak mau minta "sumbangan" nggak pakai sopan santun?

Ada juga seorang bapak yg minta sumbangan untuk sebuah pondok pesantren. Dia udah lebih dari dua kali datang. Aku sampai hafal. Pertamanya sih aku kasih. Namun, selanjutnya ya ogah lah!

Kemudian, seorang bapak yang punya cara lain. Dia menunggu mahasiswa yang baru selesai kuliah di masjid dekat kampus. Biasanya kan para mahasiswa kelar kuliah jam 13.30 atau 16.30. Nah, jam segitu tuh bapak itu "melancarkan" aksinya. Berdiri di dekat pintu masjid sambil membagikan buku saku bacaan dzikir, plus sebuah amplop. Awalnya, kukira buku itu dikasih beneran, baik banget tuh bapak. Eh, ternyata... Makanya, ketika aku dikasih buku itu, ya kuterima aja, terus kuletakkan di dekat tempat aku sholat, tanpa ku kembalikan ke bapaknya.

Minggu siang, tiba-tiba aja ada dua orang masuk ke kost. Nggak pakai permisi juga. Udah gitu, ngomongnya teriak-teriak sampai mengalahkan speaker masjid.

"woy, minta sumbangan Rp 10.000,- per kamar buat pertandingan sepak bola. Disuruh ketua RT."

Hellooooo... Mana sopan santunmu, bung? Udah masuk nggak pake salam, teriak-teriak lagi. Tuh juga masnya yg satu lagi. Ngidupin tv sembarangan. Pelan-pelan dong volumenya? Kalo memang dari RT, harusnya ketua RT yg datang. Bukan elu-elu pade! Dikirenye kite mahasiswa bodoh? (Rade sombong nih ye critenye!)

Tak lama kemudian, bapak kost datang. Bicara baik-baik sampai menghasilkan kesepakatan. Tau kalau mereka--kedua orang yang nggak punya sopan santun--terpojok, akhirnya mereka pergi. Semoga nggak dateng lagi.

Dan, masih banyak lagi kisah-kisahku bertemu dengan para pengemis dan penipu. Kalau ditulis semua, kasihan yang baca.

Eh, maaf kalau penggunaan kata-katanya kurang sopan. ^_^

Saturday, June 11, 2011

GARIS LURUS vs GARIS LENGKUNG

Secara matematik, ada dua garis, yaitu garis lurus (linear) dan garis lengkung (parabola). Masih ingat, kan, bagaimana bentuk dari garis-garis tersebut? Kalau tidak, sepertinya kamu perlu dibawa ke panti jompo!

Dari dua buah titik, dapat dibuat sebuah garis lurus. Namun, apakah dua titik dapat dibuat garis lengkung? Jawabannya tentu bisa lah!

Berikut akan aku beri tahu sedikit rahasia mengenai garis lurus dan garis lengkung.

Namun, ada pertanyaan lagi. Masih ingat dengan himpunan? Bagus lah kalau masih ingat. Nah, sekarang, garis lurus merupakan himpunan bagian dari garis lengkung ataukah garis lengkung yang merupakan himpunan bagian dari garis lurus? Atau, antara garis lurus dan garis lengkung tidak mempunyai hubungan?

Tidak perlu lama-lama menjawabnya. Kalau jawabanmu salah, tenang saja, tidak akan remed pelajaran matematika kok.

Sudah dapat jawabannya?

Mengapa disebut garis lengkung?
1. Karena melengkung. Itu jawaban anak TK.
2. Karena tidak lurus. Anak SD pun tahu.
Aku belum menemukan jawaban yang lain daripada yang lain. Demikian juga aku, tak bisa mencari sebuah jawaban yang berbeda. Padahal, soalnya tidak sesusah ujian kalkulus atau pun aljabar.

Oke, sekarang lupakanlah pertanyaan "konyol" tersebut.

Percayakah kamu dengan adanya garis lurus? Pasti 99%--bukan termasuk aku--menjawab ada. Mengapa?

Sebelum menjawab, percayakan kalau bumi itu bulat? Dan benda yang berbentuk bulat pasti melengkung. Ya, kan? Tetapi, mengapa tanah yang kita injak dan tanah di sekitar kita--misalkan rumah atau gedung-- kelihatan lurus-lurus saja, tidak melengkung?

Harusnya kalau bumi itu bulat, tidak ada yang lurus? Tetapi, rasa-rasanya, bumi itu seperti bidang lurus yang tak berujung ya? Tidak melengkung. Mengapa bisa demikian?

Sebuah lingkaran, pasti memiliki titik tengah. Semakin besar lingkaran, garisnya akan terlihat semakin lurus. Tidak percaya? Silakan dicoba!

Nah, jadi sebenarnya, ketika sebuah garis dikatakan lurus, itu bukanlah lurus, melainkan sebuah lingkaran yang mempunyai jari-jari sangat besar. Mungkin tak terhingga. Dan, sebuah lingkaran terbentuk dari sebuah garis lengkung. Tahu, kan sekarang?

Maha Suci Allah yang telah menciptakan indahnya garis-garis di muka bumi ini. 'Allahu a'lam bish showab.

Saturday, June 4, 2011

SAY "NO" NOW!!!

"TIDAK". Coba kamu sebut kata itu semampu kamu sampai bibirmu kering. Eh, nggak perlu deh, cukup katakan sebanyak 10.000 kali aja. Kuat? Harus kuat.

Apa? Nggak sanggup? Cuma begitu aja nggak mampu? Cuma ngomong "TIDAK" lho! Anak TK aja bisa, masak kamu nggak? Malu dong?!



Banyak orang -- mungkin termasuk kamu -- yang nggak bisa ngomong "TIDAK". Bukan karena sariawan, sakit gigi atau lidahnya kurang bisa lincah dalam mengucap sebuah kata yang sangat simpel, namun sangat berarti. Tetapi, mungkin nggak terbiasa mengucapkannya kepada orang lain. Dalam hati, mungkin ingin sekali bilang "TIDAK", namun ketika hendak diucapkan, tiba-tiba saja malah berbeda 180°. Apalagi jika orang itu adalah orang yang nggak tegaan dan mempunyai rasa kasihan yang tinggi. Kata itu adalah sebuah kata yang agaknya perlu dibuang jauh-jauh dari kamus kehidupannya. Kalau ada orang bilang begini, ya "sendika dhawuh". Mau nggak mau, suk nggak suka, (mendekati) harus dikerjakan, meskipun sebenarnya dia sama sekali nggak mau melakukan. Tetapi, demi menghormai dan menghargai orang lain, dia rela memendam ke-nggaksukaannya tersebut. Yah, kalau aku, lebih baik terus terang saja bilang "TIDAK" jika memang nggak mampu melakukan. Masak hari gini saja masih nggak bisa bilang "TIDAK"? Sekarang 'kan bukan zaman penjajah lagi -- yang harus mematuhi perintah penjajah jika nggak mau disiksa? Daripada bilang "YA", tapi agak nggak ikhlas mengerjakannya dan hasilnya kurang memuaskan serta ada tekanan batin yang bergejolak, lebih baik bilang "TIDAK". Mungkin, bagi kamu yang nggak gampang dalam bilang "TIDAK", nggak perlu to the point bilang itu deh. Bilang saja, alasan-alasan yang intinya kamu nggak mau dengan keinginan atau perintah mereka. Nanti, mereka pasti mengerti kalau kamu memang nggak mau atau belum pantas.

Nah, sampai di sini, sudah bisa sedikit mempraktikkan, 'kan? Namun, yang menjadi masalah adalah jika kamu termasuk seorang yang punya rasa ke-nggak-tegaan yang super tinggi. Sedikit-sedikit nggak tega. Takut mengecewakan lah, takut nggak menghargai lah, takut ini itu lah. Parah!

Okelah, sikap nggak tegaan itu baik, tapi itu hanya untuk hal-hal tertentu. Di saat kamu memang mampu dan mau, tak masalah. Namun, ketika kamu udah -- rasanya -- nggak mampu dan nggak mau, coba deh bersikaplah agak tegas. Sedikit saja! Terkadang memang sebuah ketegasan itu dibutuhkan dalam menghadapi problematika hidup. Aku berikan contoh sederhana biar paham.

Kamu punya adik bayi? Kalau nggak, bisa keponakan atau anak kecil deh. Kalau nggak juga, tetangga yang punya anak kecil juga boleh. Nah, coba deh kasih dia sepotong brotowali. Tahu, kan, brotowali itu apa? Itu lho yang pahitnya minta ampun, biasanya yang buat menyapih bayi yang masih minum ASI. Kemudian, suapin ke mulut si bayi tadi. Ekstrim nggak apa-apa, biar lebih mudah memahami. Pasti tuh bayi akan cengar-cengir sambil geleng-geleng kepala pertanda kalau dia nggak mau dengan apa yang kamu kasih. Ketika kamu paksa agar dia mau makan, pasti dia nangis. Nah, itulah sikap penolakan dia terhadap sesuatu yang nggak dia sukai. Demikian juga kamu, ketika nggak mau dan nggak mampu, tolaklah itu. Tentunya bukan dengan nangis dong.. Entar dikira kamu seperti anak kecil lagi. Mau? Perlu sebuah tindakan tegas yang menyatakan bahwa kamu memang "TIDAK" mau.

Jika kamu masih nggak bisa bilang "TIDAK", cobalah curhat ke orang yang kamu percaya, tentunya bukan ke orang yang menyuruh kamu atau punya hubungan istimewa dengan yang nyuruh kamu. Di sini, hubungan istimewa itu adalah orang yang punya hubungan darah atau hubungan dalam organisasi. Carilah orang yang memang mengerti posisi kamu di mana. Bilang kalau kamu maunya ini, tapi nggak bisa. Nah, biarlah nanti si partner curhatmu itu yang ngomong ke orang yang bersangkutan, yang menyuruh kamu.


Tulisan ini, aku tulis karena ternyata banyak temenku yang susah untuk bilang "TIDAK". Semoga dengan membaca ini, kalian bisa dengan mudah bilang "TIDAK" untuk hal-hal yang kalian nggak mampu lakukan. ^_^