Saturday, April 23, 2011

MIRIS

Malam. Tak bisa dimundurkan barang sejam atau dua jam. Pun tak dapat dimajukan. Sudah 'jadwalnya' jam segitu. Andaikan malam di setiap hari bisa berubah sesuai kehendak hati.

Berpikir apa yang telah kulakukan mulai dari saat sang mentari tak lagi menyinari bagian bumi tempat ku berpijak, sampai detik di malam yang lumayan dingin ini. Terus berpikir dan mengingat-ingat. Sepertinya tak jauh beda dengan malam-malam sebelumnya. Datar! Tak bisa membuat suatu perubahan yang berarti untuk mengisi hidup yang sangat singkat ini.

Kosong. Tiada hal membanggakan.

Sepi. Tiada keramaian perbuatan ma'ruf.

Sunyi. Tiada suara kebaikan yang melingkupi.

Mencoba 'mengikuti' jejak orang lain yang jarang membuat perubahan. Tapi, ini yang ku dapati. Nihil. Tak sedikit pun terlintas di pikiran, mengapa tak berbuat yg sedikit beda dengan orang lain? Terlalu terlena dengan keadaan yang mengenakkan.

Membiarkan hati dan pikiran - yang seharusnya bisa menjadi lebih baik - ke dalam sebuah 'lubang' yang tutupnya sangat bagus dan mengkilap, tetapi di bawahnya ada beribu-ribu duri tajam yg siap menggores, bahkan menusuk ke dalam tubuh. Alangkah nistanya jika masih mengharapkan masuk ke dalam 'lubang' seperti itu. Lebih baik, mencari 'lubang' yang tertutup alang-alang yang rimbun dan tajam, tetapi di dalamnya, terdapat berton-ton madu yang sangat manis.

Merenung. Memahami sebuah hakikat dari perubahan di dalam hidup. Tak akan pernah berujung karena perubahan hanya akan berhenti ketika jasad dan roh tak lagi bersatu.

No comments:

Post a Comment