Saturday, April 21, 2012

Pacaran????


Apa yang ada di benak kamu ketika mendengar kata “pacaran”? Pasti kebanyakan akan membayangkan dua sejoli—cowok dan cewek—yang belum menikah sedang berdua-duakan di suatu tempat di mana mereka berdua tidak (mau) menyadari orang-orang di sekitarnya. Pacaran adalah sebuah kultur yang sangat buruk bagi kita sebagai pemuda-pemudi yang belum banyak makan garam kehidupan, terlebih kita sebagai seorang muslim. Tidak seharusnya kita terjebak dalam suatu kondisi—meskipun itu mendesak—yang mengharuskan kita untuk terjun ke dalam lembah kenistaan, pacaran.

Kenapa Harus Pacaran?


Kenapa? Sebuah pertanyaan yang—harusnya—wajib untuk diutarakan kepada pasangan tak resmi (belum menikah.red). Pertanyaan yang mungkin menimbulkan efek “surprised” bagi mereka yang memang sedang dalam masa tersebut.

Ada bermacam-macam jawaban yang dihasilkan, mulai dari “Hari gini nggak pacaran? Apa kata dunia?”,”Buat seneng-seneng aja”,””Buat motivasi aja” sampai dengan yang sangat nggak banget “Aku pacaran karena disuruh mama”. Hellooooowww?? (mulai lebay nih, padahal niatnya pengen serius lho...). Bagi pembaca yang belum pernah pacaran—karena prinsip, bukan karena nasib—adakah alasan pacaran yang bisa diterima? Saya, sebagai orang yang nggak akan pernah pacaran sebelum menikah, nggak setuju dengan semua jawaban tersebut.

 Terus, apa gunanya pacaran coba? Adakah manfaatnya? Dia yang berpacaran agar bisa termotivasi, apakah akan merasakan manfaat pacaran? Saya katakan, YA, tapi SEDIKIT atau SEBENTAR. Bagaimana jika tiba-tiba putus? Apakah dia masih termotivasi? Tidak, yang ada dia hanya terpuruk. Ketika dia dalam “masa keemasan” dalam pacaran, wuih, semangat belajarnya menggebu-gebu. Semua pelajaran dapat dipahami dan nilainya hampir memuaskan. Namun, saat “masa keemasan”nya itu hilang a.k.a putus dengan sang pacar, tak ada sisa-sisa semangat yang melekat di dalam dirinya. Semua menjadi hambar. Bahkan, makanan yang paling disukainya kaan terasa pahit. (Bukan curhat, lho..). nilai sekolahnya turun drastis. Tentu hal itu bukanlah yang diinginkan, ‘kan?

Hal itu juga berlaku untuk yang berpacaran Cuma buat seneng-seneng aja. Kalau sudah nggak punya pacar, sedih-sedih aja dong??? Kasian sekali...

Selain itu, jika seseorang pacaran karena alasan “Hari gini nggak pacaran? Apa kata dunia?”, apa ada manfaat yang diperoleh dari pacaran itu sendiri? Saya yakin dia nggak bakal bisa menjawab jika ditanya manfaat pacaran. Orang dari awal, jawabannya sudah nggak jelas gitu.. :-P

Apalagi bagi orang-orang yang berpacaran karena disuruh sama orang tua. Tersiksa rasanya. No comment dah..

“Say No to” Pacaran


Allah swt telah melarang kita untuk berpacaran. Wa laa taqrobu al zinaa. Janganlah kamu mendekati zina. nah lo, mendekati saja nggak boleh, apalagi melakukannya? Jangan coba-coba deh...

A : Nah, kita kan pacaran, bukan zina?

B : Emang elu nggak zina, tapi, bukankah zina itu awalnya dari berdua-duaan, dan berdua-duanan itu pacaran?

A : Tapi kita masih bisa menjadga diri kog.

B : Siapa yang tahu... jika berdua-duaan, maka yang ketiga adalah set.. Meskipun Cuma pacaran, ntar lama-lama pasti pegang-pegangan, mulai dari pegang tangan, pegang rambut, terus pegang yang tidak seharusnya. masya Allah.

A : Wajar dong...

B : Kemudian, semakin lama pacaran, merasa bahwa pegang-pegangan saja nggak cukup, terus lanjut ke ciuman. Ckckck... Apakah itu masih wajar??

A : eeehhmmm, y..ya m..ma..sih d..dong...

B :Nggak puas dengan ciuman, kemudian buka-bukaan dan melakukan zina. naudzubillah.. wajar?

A : ya nggak sampai ke situ juga..

B : siapa yang bisa menjaga kalau pikiran kita sudah dikuasai oleh set...

A : ...

B : Awalnya pacaran. Saling menatap lama. Pegang-pegangan, ciuman, dan akhirnya melakukan hal yang bisa menimbulkan murka Allah swt.


No comments:

Post a Comment