Saturday, June 4, 2011

SAY "NO" NOW!!!

"TIDAK". Coba kamu sebut kata itu semampu kamu sampai bibirmu kering. Eh, nggak perlu deh, cukup katakan sebanyak 10.000 kali aja. Kuat? Harus kuat.

Apa? Nggak sanggup? Cuma begitu aja nggak mampu? Cuma ngomong "TIDAK" lho! Anak TK aja bisa, masak kamu nggak? Malu dong?!



Banyak orang -- mungkin termasuk kamu -- yang nggak bisa ngomong "TIDAK". Bukan karena sariawan, sakit gigi atau lidahnya kurang bisa lincah dalam mengucap sebuah kata yang sangat simpel, namun sangat berarti. Tetapi, mungkin nggak terbiasa mengucapkannya kepada orang lain. Dalam hati, mungkin ingin sekali bilang "TIDAK", namun ketika hendak diucapkan, tiba-tiba saja malah berbeda 180°. Apalagi jika orang itu adalah orang yang nggak tegaan dan mempunyai rasa kasihan yang tinggi. Kata itu adalah sebuah kata yang agaknya perlu dibuang jauh-jauh dari kamus kehidupannya. Kalau ada orang bilang begini, ya "sendika dhawuh". Mau nggak mau, suk nggak suka, (mendekati) harus dikerjakan, meskipun sebenarnya dia sama sekali nggak mau melakukan. Tetapi, demi menghormai dan menghargai orang lain, dia rela memendam ke-nggaksukaannya tersebut. Yah, kalau aku, lebih baik terus terang saja bilang "TIDAK" jika memang nggak mampu melakukan. Masak hari gini saja masih nggak bisa bilang "TIDAK"? Sekarang 'kan bukan zaman penjajah lagi -- yang harus mematuhi perintah penjajah jika nggak mau disiksa? Daripada bilang "YA", tapi agak nggak ikhlas mengerjakannya dan hasilnya kurang memuaskan serta ada tekanan batin yang bergejolak, lebih baik bilang "TIDAK". Mungkin, bagi kamu yang nggak gampang dalam bilang "TIDAK", nggak perlu to the point bilang itu deh. Bilang saja, alasan-alasan yang intinya kamu nggak mau dengan keinginan atau perintah mereka. Nanti, mereka pasti mengerti kalau kamu memang nggak mau atau belum pantas.

Nah, sampai di sini, sudah bisa sedikit mempraktikkan, 'kan? Namun, yang menjadi masalah adalah jika kamu termasuk seorang yang punya rasa ke-nggak-tegaan yang super tinggi. Sedikit-sedikit nggak tega. Takut mengecewakan lah, takut nggak menghargai lah, takut ini itu lah. Parah!

Okelah, sikap nggak tegaan itu baik, tapi itu hanya untuk hal-hal tertentu. Di saat kamu memang mampu dan mau, tak masalah. Namun, ketika kamu udah -- rasanya -- nggak mampu dan nggak mau, coba deh bersikaplah agak tegas. Sedikit saja! Terkadang memang sebuah ketegasan itu dibutuhkan dalam menghadapi problematika hidup. Aku berikan contoh sederhana biar paham.

Kamu punya adik bayi? Kalau nggak, bisa keponakan atau anak kecil deh. Kalau nggak juga, tetangga yang punya anak kecil juga boleh. Nah, coba deh kasih dia sepotong brotowali. Tahu, kan, brotowali itu apa? Itu lho yang pahitnya minta ampun, biasanya yang buat menyapih bayi yang masih minum ASI. Kemudian, suapin ke mulut si bayi tadi. Ekstrim nggak apa-apa, biar lebih mudah memahami. Pasti tuh bayi akan cengar-cengir sambil geleng-geleng kepala pertanda kalau dia nggak mau dengan apa yang kamu kasih. Ketika kamu paksa agar dia mau makan, pasti dia nangis. Nah, itulah sikap penolakan dia terhadap sesuatu yang nggak dia sukai. Demikian juga kamu, ketika nggak mau dan nggak mampu, tolaklah itu. Tentunya bukan dengan nangis dong.. Entar dikira kamu seperti anak kecil lagi. Mau? Perlu sebuah tindakan tegas yang menyatakan bahwa kamu memang "TIDAK" mau.

Jika kamu masih nggak bisa bilang "TIDAK", cobalah curhat ke orang yang kamu percaya, tentunya bukan ke orang yang menyuruh kamu atau punya hubungan istimewa dengan yang nyuruh kamu. Di sini, hubungan istimewa itu adalah orang yang punya hubungan darah atau hubungan dalam organisasi. Carilah orang yang memang mengerti posisi kamu di mana. Bilang kalau kamu maunya ini, tapi nggak bisa. Nah, biarlah nanti si partner curhatmu itu yang ngomong ke orang yang bersangkutan, yang menyuruh kamu.


Tulisan ini, aku tulis karena ternyata banyak temenku yang susah untuk bilang "TIDAK". Semoga dengan membaca ini, kalian bisa dengan mudah bilang "TIDAK" untuk hal-hal yang kalian nggak mampu lakukan. ^_^

No comments:

Post a Comment