Saturday, January 18, 2014

Pesona Punthuk Setumbu



Pagi yang cerah. Alhamdulillah, sudah 3 hari ini, cuaca cerah, boleh dikata sangat cerah malah, mengingat sekarang adalah waktunya musim hujan. Sepertinya masih terlalu pagi. Sabtu. Hari libur. Akhir pekan. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar orang yang telah menghabiskan waktunya selama seminggu dengan aktivitas mereka. Bekerja ataupun kuliah.

Gue pancal selembar kain yang menyelimuti badan. Wah, masih dingiiiinnn. Sekilas gue lirik jam di HP, alarm belum berbunyi. Yes, gue menang. 

Dengan mata yang masih susah untuk dibuka—ah, tidur cuma empat jam ternyata belum memuaskan mata—menuju kamar mandi. Cuci muka, gosok gigi, wudhu. Lalu sholat shubuh.

Pagi ini, ada acara mendaki. Mendaki bukit. Bersama, berdua dengan sepupu gue. Berencana melihat sunset, *heh, masak pagi-pagi melihat sunset?* Oh, maaf, masih ngantuk. Otak belum bekerja dengan benar. *Ah, biasanya juga soak kok.* Ssstt!!! Yang bener melihat sunrise. *Wow, sepertinya very exciting*. Yes, u’r right, beibeh.

Jam 5 tepat, kita capcus. *Ah, kenapa sih nggak bisa lebih pagi? Jam 5 kan udah terang?* Bawel banget sih lu? #tampar pakai teklek#

Oke, lanjut. Berdua kita berangkat mengendarai sepeda roda dua, *lebay banget pake kata “m-e-n-g-e-n-d-a-r-a-i”?*. Sekali lagi bawel, gue cokolin nih teklek ke mulut lu! *piisss*.

Sudah lama tak naik sepeda. Terakhir tuh, sekitar #mikir-mikir#... *krik-krik*

Tak sampai seperempat jam bersepeda, pfiuuhh, capek kali gue. Dengan track yang menanjak tajam. *setajam silet*. Akhirnya sampai. Sampai tempat parkir sepeda. #menggeh-menggeh#. *Apa tu menggeh-menggeh?* Susah dijelasin dengan kata-kata. Lalu kita memutuskan untuk jalan kaki saja. Jalannya semakin menanjak. Wah, ternyata sudah banyak mobil dan motor! *Wuihh, pada berangkat jam berapa ya mereka?* Tanya aja sendiri! *sewoottt* #lempar HP#

Ayoo, cepat moving, jangan sampai matahari mendahului kita! *Ayo* Masih remang-remang, gak mungkin bisa foto-foto nih. Ah, lagian juga udah gak sempat lagi. Ntar keburu tinggi mataharinya.

“Mana tiketnya?” kata penjaga "pintu masuk". Oh my Rabb, sejak kapan perlu tiket? *mampus loo!?* “======” Dengan pede, sepupu gue menerangkan asal muasal kita dari alam mana. “Owalah, ====== to?” Jawab si pengecek tiket sambil membiarkan kami lewat.

Dengan napas yang masih agak terengah-engah *kayak habis ngapain aja* #abaikan, lagi fokus# *ceileehhh*, gue berjalan dengan sedikit lambat di belakang sepupu gue, sambil melirik-lirik pejalan yang lain. Lumayan, siapa tau ada yang kecantol. Agak lama berjalan dengan ketenangan. Eh, kenapa lu diem? *lagi fokus* #ngakak tersungging-sungging#

Melewati jalan setapak, atau mungkin dua tapak kali ya, soalnya sedikit lebih lebar jika dibandingkan dengan jalan setapak. Di sekelilingnya banyak, *bukan banyak lagi, tapi semuanya* oiyaa, bener, tumben lu pinter? *aseemmm #jitak#* ampuuunnn!! Ditumbuhi pepohonan, mulai dari rumput *itu bukan pohon kaleee* pohon kecil #tongue# *iishhh*, rumput, ketela, bambu, njur wit opo meneh kae, aku ra ngerti jenenge. *woooyy, pake Bahasa Indonesia yang baik dan bener dongg! #sewot#* suka-suka gue lahh, mulut-mulut gue, juga! #gak kalah sewot#.

Alhamdulillah, sudah dua hari gak turun hujan, jadi jalannya gak becek *gak ada ojek*. Sambil sesekali menghirup udara segaarrr perbukitan. *berarti dari tadi jarang bernapas?*. bernapas lah, tapi gak seintim ini. *maksude opoo??*.

Belum juga sampai puncak. Mana di depan ada ibu-ibu yang bawa anak kecil, jalannya sekenceng siput lari sprint? *rasainn!!* #mendorongnya ke arah ibu-ibu tersebut #kemudian nabrak dan jatuh ke pelukannya #ibu-ibunya seneng #jingkrak-jingkrak #kemudian kejengkang #lalu hening #gue pura-pura gak liat, nyelonong aja sambil nginjak-nginjak dengan penuh kekuatan #lebay banget dheh #gak mungkin lagiii.

Aahhh, setelah perjalanan sekitar sepuluh menit yang penuh intrik dan kontroversi, akhirnya sampailah kita di puncak #sambil menyanyikan lagu kemenangan : we are the champion, we are the champion, we are the champiooonnn# hwaaa, sudah banyak orang!! Gimana mau narsis kalau kek gini suasananya? Jaim dooongg.

Di sebelah timur sana, matahari masih malu-malu untuk menampakkan wajahnya. Baru sedikit sinarnya yang sudah membuat mata ini mulai takjub dengan keindahan alam-Nya.

Masih di sebelah timur juga, tapi agak selatan, berdiri gagah Pegunungan Menoreh. Pegunungan terpanjang di Pulau Jawa. Dari sini, tampak ujung bagian timur dari pegunungan tersebut. Di bagian utara timur, eh, timur laut, tampak dua buah gunung *gunung kembar* hussshh, Gunung Merapi dan Merbabu. Ah, sebenarnya gue membayangkan matahari akan muncul di antara kedua gunung tersebut. *kayak gambar lo waktu SD dongg?* Hahaha... Tapi tak apalah, memang jadwal terbitnya matahari agak di sebelah selatan. Tetap awesome kok.

Tak hanya itu. Dari atas sini, kita bisa memandang siluet Candi Terbesar di dunia. Candi Borobudur. Oww, tapi mana candinya? *noh, ketutupan kabut* Kecil. Tapi keren. Seperti di negeri dongeng, Dikelilingi oleh kabut. Jadi seperti melihat sebuah kerajaan yang ada di khayangan, di mana kabut-kabut diartikan sebagai awan-awan yang menutupi kerajaan tersbut. *lebaynya kumat*. Sayang, gak bawa kamera yang bagus, eh, tepatnya gak punya dheng. *toeng-toeng*

Di sebelah selatan, terpampang nyata *syahrini, boo* pegunungan Menoreh. Memanjang sampai bagian barat *Waktu Indonesia Bagian Barat*. Sebelah utara, tampak pepohonan tinggi nan rimbun. Di bawah sana, ah, tak ada yang lebih menarik daripada melihat bagian bawah sebelah timur. Putih-putih, beberapa siluet pepohonan menambah pemandangan jadi semakin“wow”.

Matahari semakin naik. Beberapa pengunjung semakin asyik berpose agak norak. *kayak lo gak aja?* #senyum devil#. Ikut-ikutan aahhh...

Mata gue tertuju pada sekelompok makhluk, eh, manusia yang kayak orang India, you know lah, orang India kek apa. Eh, tapi kok mereka pinter English? *ya belajar lah emang elu, bisanya Cuma yes no yes no?* #nyokolin sandal#. Sek sek sek, orang mana sebenarnya mereka? Iseng-iseng aja gue ambil gambar mereka. Lagi asyik-asyiknya motert, eh, ketahuan oleh seorang di antara mereka. 
*hahaha, kapokmu kapan?*

“Why’d you take this pict?” tanya si kepala suku.

“Oh, it’s just for fun”

“I dont like this, and pleasa delete this” katanya sambil mengangkat alis.

“Oh, ok. Sorry. I’ll delete this. This, deleted” jawab gue sambil memperlihatkan proses pen-delete-an.

“Oke, thank. Sorry”

“No problem, Sir” gue lihat mukanya sekilas, “Where do you come from, Sir?”

“Singapore”, maafin gue Sir, yang udah menduga kalo si Sir asalnya dari India. Hahaha

“Oh, Singapore. And they’re ur family?” sok akrab.

“Yes, my family. She’s my wife”. Terangnya sambil menunjuk permpuan Chinese, yang merupakan orang terputih dalam rombongan tersebut. Nah, ini dia yang membuat gue iseng ngambil foto mereka. #big smile#. “Where’re you from? Bali or Sumatra? Or from this place?”

“Oh, i’m from near this place”

“************”

“yes?”

“besides this, any other place that I can visit?”

“hmm, you can go to the Highest Spot of Suroloyo, Menoreh hill, or Ketep pass in Sawangan or may be the villages around Borobudur temple..” Gue mau njelasin panjang lebar, samarnya si bule gak ngerti tempatnya. *alaaahh, bilang aja gak bisa basa inggris*

“oke. Thank. What’s ur name?” ih, Si bule kepo dheh.

“Agung”

“oke”, kemudian dia nyelonong pergi. Ah, gak jadi foto ma bule dheh..

Ah, setengah tujuh. Udah mulai panas. Mending pulang aja lah.

Dalam perjalanan pulang, karena udah terang, bisa ngambil gambar-gambar nih. Mulai dari kayu yang telah dikumpulin oleh orang sekitar, jalan yang menanjak, tali pembantu, bambu pembatas jalan, sampai dengan lampu. Gak penting banget yak? Ah, biarin.

Tak banyak yang turun bersama kami. *Karena sebagian besar udah pada turun* good answer. Satu dua bapak tua gue temui. Bukan mau melihat sunrise. Bukan, tapi entah mau ngumpulin kayu atau merumput, atau sekedar iseng aja main ke kebun. *kayaknya yang terakhir gak mungkin dah* emang.

Sesampainya di bawah, gue ambil sepeda. Gue kayuh perlahan. Sambil sesekali selfie. *aiishh*. #melet#

Oke, let’s check the pictures below!


^salah satu penunjuk arah ke Borobudur Nirwana Sunrise -- Punthuk Setumbu^


^ada di puncaknya^


^duo Merapi-Merbabu yang masih diselimuti kabut^


^Wah, crew-nya pake seragam^


^noh, yang duduk-duduk memakai baju item dan ungu, salah satu anggota keluarga bule yang tak sengaja gue potret^


^sunrise-nya gak bagus, karena cuma motret pake HP :(^


^Si Mas yang pake baju lorek biru putih, posenya biasa aja dong Mas? :p^


^seperti bukan sunrise^


^gak perlu takut kehausan kalo udah di atas, udah ada Mas-mas yang jualan miunum^


 ^coba tebak di mana siluet Candi Borobudurnya?^


^ada tali di pinggir jalan, bagi lo-lo yang gak biasa jalan, biar tetep bisa sampai ke atas :p^


^dibatasin bambu-bamu biar gak kebablaseb kalo jalan^


^salah satu bagian dari Menoreh Hill (bukan dari ata Setumbu lhoo^
 

^pengunjunge banyak to?^


 ^para pengunjung dari seluruh penjuru dunia^


^gak dapat tempat di garis terdepan, tak apa, masih bisa nongkrong kok kalo mau ngambil gambar :p^


^narsis dikir boleh kali ya? :)^


 ^salah satu track-nya^


^pepohonan tinggi, menjadi pemandangan sepanjang perjalanan menuju puncak^


^salah satu tanaman budidaya masyarkat sekitar, ketela pohon^


^langitnya biru cerah^


^jalannya ada yang disemen, biar gak becek^


^tuh, ada penerangannya, biar gak nabrak kalo masih gelap^


^ada warung di deket parkiran^


^salah satu view duo Merapi-Merbabu dari sisi lain (belum puncak^


^ini adalah jalan dari jalan raya menuju ke parkiran^

Minat? Buruan gih, ke sana! Nggak bakan nyesel dah! *kecuali kalo ke sananya pas mendung*.
Punthuk Setumbu, Dusun Kurahan, Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Oiya, untuk tiket masuknya, gua gak tau pas-nya berapa. Hehehe… 

Selamat mencoba. Jangan lupa ajak gua. Ntar masuknya gratis. hahaha....

Oke, saran gua, lo jangan coba-coba ke sana dalam waktu deket-deket ini,  soalnya, you know lah, cuaca sangat tidak mendukung.

(Sorry, tulisan di atas banyak dialog tak penting antara gua dengan sisi lain gua. IYKWIM :p)

2 comments: