Pagi yang cerah. Alhamdulillah, sudah 3 hari ini, cuaca cerah, boleh dikata sangat cerah malah, mengingat sekarang adalah waktunya musim hujan. Sepertinya masih terlalu
pagi. Sabtu. Hari libur. Akhir pekan. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian
besar orang yang telah menghabiskan waktunya selama seminggu dengan aktivitas
mereka. Bekerja ataupun kuliah.
Gue pancal selembar kain yang menyelimuti
badan. Wah, masih dingiiiinnn. Sekilas gue lirik jam di HP, alarm belum
berbunyi. Yes, gue menang.
Dengan mata yang masih susah untuk dibuka—ah,
tidur cuma empat jam ternyata belum memuaskan mata—menuju kamar mandi. Cuci
muka, gosok gigi, wudhu. Lalu sholat shubuh.
Pagi ini, ada acara mendaki. Mendaki bukit.
Bersama, berdua dengan sepupu gue. Berencana melihat sunset, *heh, masak
pagi-pagi melihat sunset?* Oh, maaf, masih ngantuk. Otak belum bekerja dengan
benar. *Ah, biasanya juga soak kok.* Ssstt!!! Yang bener melihat sunrise. *Wow,
sepertinya very exciting*. Yes, u’r right, beibeh.
Jam 5 tepat, kita capcus. *Ah, kenapa sih
nggak bisa lebih pagi? Jam 5 kan udah terang?* Bawel banget sih lu? #tampar
pakai teklek#.
Oke, lanjut. Berdua kita berangkat mengendarai sepeda roda dua,
*lebay banget pake kata “m-e-n-g-e-n-d-a-r-a-i”?*. Sekali lagi bawel, gue
cokolin nih teklek ke mulut lu! *piisss*.
Sudah lama tak naik sepeda. Terakhir tuh,
sekitar #mikir-mikir#... *krik-krik*
Tak sampai seperempat jam bersepeda, pfiuuhh,
capek kali gue. Dengan track yang menanjak tajam. *setajam silet*. Akhirnya
sampai. Sampai tempat parkir sepeda. #menggeh-menggeh#. *Apa tu
menggeh-menggeh?* Susah dijelasin dengan kata-kata. Lalu kita memutuskan untuk jalan
kaki saja. Jalannya semakin menanjak. Wah, ternyata sudah banyak mobil dan
motor! *Wuihh, pada berangkat jam berapa ya mereka?* Tanya aja sendiri!
*sewoottt* #lempar HP#
Ayoo, cepat moving, jangan sampai matahari
mendahului kita! *Ayo* Masih remang-remang, gak mungkin bisa foto-foto nih. Ah,
lagian juga udah gak sempat lagi. Ntar keburu tinggi mataharinya.
“Mana tiketnya?” kata penjaga "pintu masuk". Oh my Rabb, sejak kapan perlu
tiket? *mampus loo!?* “======” Dengan pede, sepupu gue menerangkan asal muasal
kita dari alam mana. “Owalah, ====== to?” Jawab si pengecek tiket sambil
membiarkan kami lewat.
Dengan napas yang masih agak terengah-engah
*kayak habis ngapain aja* #abaikan, lagi fokus# *ceileehhh*, gue berjalan
dengan sedikit lambat di belakang sepupu gue, sambil melirik-lirik pejalan yang
lain. Lumayan, siapa tau ada yang kecantol. Agak lama berjalan dengan
ketenangan. Eh, kenapa lu diem? *lagi fokus* #ngakak tersungging-sungging#
Melewati jalan setapak, atau mungkin dua tapak
kali ya, soalnya sedikit lebih lebar jika dibandingkan dengan jalan setapak. Di
sekelilingnya banyak, *bukan banyak lagi, tapi semuanya* oiyaa, bener, tumben
lu pinter? *aseemmm #jitak#* ampuuunnn!! Ditumbuhi pepohonan, mulai dari rumput
*itu bukan pohon kaleee* pohon kecil #tongue# *iishhh*, rumput, ketela, bambu,
njur wit opo meneh kae, aku ra ngerti jenenge. *woooyy, pake Bahasa Indonesia
yang baik dan bener dongg! #sewot#* suka-suka gue lahh, mulut-mulut gue, juga!
#gak kalah sewot#.
Alhamdulillah, sudah dua hari gak turun hujan,
jadi jalannya gak becek *gak ada ojek*. Sambil sesekali menghirup udara
segaarrr perbukitan. *berarti dari tadi jarang bernapas?*. bernapas lah, tapi
gak seintim ini. *maksude opoo??*.
Belum juga sampai puncak. Mana di depan ada ibu-ibu yang bawa anak kecil, jalannya sekenceng siput lari sprint? *rasainn!!* #mendorongnya ke arah ibu-ibu tersebut #kemudian nabrak dan jatuh ke pelukannya #ibu-ibunya seneng #jingkrak-jingkrak #kemudian kejengkang #lalu hening #gue pura-pura gak liat, nyelonong aja sambil nginjak-nginjak dengan penuh kekuatan #lebay banget dheh #gak mungkin lagiii.
Aahhh, setelah perjalanan sekitar sepuluh menit
yang penuh intrik dan kontroversi, akhirnya sampailah kita di puncak #sambil
menyanyikan lagu kemenangan : we are the champion, we are the champion, we are
the champiooonnn# hwaaa, sudah banyak orang!! Gimana mau narsis kalau kek gini
suasananya? Jaim dooongg.
Di sebelah timur sana, matahari masih
malu-malu untuk menampakkan wajahnya. Baru sedikit sinarnya yang sudah membuat
mata ini mulai takjub dengan keindahan alam-Nya.
Masih di sebelah timur juga, tapi agak
selatan, berdiri gagah Pegunungan Menoreh. Pegunungan terpanjang di Pulau Jawa.
Dari sini, tampak ujung bagian timur dari pegunungan tersebut. Di bagian utara
timur, eh, timur laut, tampak dua buah gunung *gunung kembar* hussshh, Gunung
Merapi dan Merbabu. Ah, sebenarnya gue membayangkan matahari akan muncul di
antara kedua gunung tersebut. *kayak gambar lo waktu SD dongg?* Hahaha... Tapi
tak apalah, memang jadwal terbitnya matahari agak di sebelah selatan. Tetap
awesome kok.
Tak hanya itu. Dari atas sini, kita bisa
memandang siluet Candi Terbesar di dunia. Candi Borobudur. Oww, tapi mana
candinya? *noh, ketutupan kabut* Kecil. Tapi keren. Seperti di negeri dongeng,
Dikelilingi oleh kabut. Jadi seperti melihat sebuah kerajaan yang ada di
khayangan, di mana kabut-kabut diartikan sebagai awan-awan yang menutupi
kerajaan tersbut. *lebaynya kumat*. Sayang, gak bawa kamera yang bagus, eh,
tepatnya gak punya dheng. *toeng-toeng*
Di sebelah selatan, terpampang nyata
*syahrini, boo* pegunungan Menoreh. Memanjang sampai bagian barat *Waktu
Indonesia Bagian Barat*. Sebelah utara, tampak pepohonan tinggi nan rimbun. Di
bawah sana, ah, tak ada yang lebih menarik daripada melihat bagian bawah
sebelah timur. Putih-putih, beberapa siluet pepohonan menambah pemandangan jadi
semakin“wow”.
Matahari semakin naik. Beberapa pengunjung
semakin asyik berpose agak norak. *kayak lo gak aja?* #senyum devil#.
Ikut-ikutan aahhh...
Mata gue tertuju pada sekelompok makhluk, eh,
manusia yang kayak orang India, you know lah, orang India kek apa. Eh, tapi kok
mereka pinter English? *ya belajar lah emang elu, bisanya Cuma yes no yes no?*
#nyokolin sandal#. Sek sek sek, orang mana sebenarnya mereka? Iseng-iseng aja
gue ambil gambar mereka. Lagi asyik-asyiknya motert, eh, ketahuan oleh seorang
di antara mereka.
*hahaha, kapokmu kapan?*
“Why’d you take this pict?” tanya si kepala
suku.
“Oh, it’s just for fun”
“I dont like this, and pleasa delete this”
katanya sambil mengangkat alis.
“Oh, ok. Sorry. I’ll delete this. This,
deleted” jawab gue sambil memperlihatkan proses pen-delete-an.
“Oke, thank. Sorry”
“No problem, Sir” gue lihat mukanya sekilas,
“Where do you come from, Sir?”
“Singapore”, maafin gue Sir, yang udah menduga
kalo si Sir asalnya dari India. Hahaha
“Oh, Singapore. And they’re ur family?” sok
akrab.
“Yes, my family. She’s my wife”. Terangnya
sambil menunjuk permpuan Chinese, yang merupakan orang terputih dalam rombongan
tersebut. Nah, ini dia yang membuat gue iseng ngambil foto mereka. #big smile#.
“Where’re you from? Bali or Sumatra? Or from this place?”
“Oh, i’m from near this place”
“************”
“yes?”
“besides this, any other place that I can
visit?”
“hmm, you can go to the Highest Spot of
Suroloyo, Menoreh hill, or Ketep pass in Sawangan or may be the villages around
Borobudur temple..” Gue mau njelasin panjang lebar, samarnya si bule gak ngerti
tempatnya. *alaaahh, bilang aja gak bisa basa inggris*
“oke. Thank. What’s ur name?” ih, Si bule kepo
dheh.
“Agung”
“oke”, kemudian dia nyelonong pergi. Ah, gak
jadi foto ma bule dheh..
Ah, setengah tujuh. Udah mulai panas. Mending
pulang aja lah.
Dalam perjalanan pulang, karena udah terang,
bisa ngambil gambar-gambar nih. Mulai dari kayu yang telah dikumpulin oleh
orang sekitar, jalan yang menanjak, tali pembantu, bambu pembatas jalan, sampai
dengan lampu. Gak penting banget yak? Ah, biarin.
Tak banyak yang turun bersama kami. *Karena sebagian besar udah pada turun* good answer. Satu dua bapak tua gue temui. Bukan mau melihat sunrise. Bukan, tapi entah mau ngumpulin kayu atau merumput, atau sekedar iseng aja main ke kebun. *kayaknya yang terakhir gak mungkin dah* emang.
Sesampainya di bawah, gue ambil sepeda. Gue
kayuh perlahan. Sambil sesekali selfie. *aiishh*. #melet#
Oke, let’s check the pictures below!
^salah satu penunjuk arah ke Borobudur Nirwana Sunrise -- Punthuk Setumbu^
^ada di puncaknya^
^duo Merapi-Merbabu yang masih diselimuti kabut^
^Wah, crew-nya pake seragam^
^noh, yang duduk-duduk memakai baju item dan ungu, salah satu anggota keluarga bule yang tak sengaja gue potret^
^sunrise-nya gak bagus, karena cuma motret pake HP :(^
^Si Mas yang pake baju lorek biru putih, posenya biasa aja dong Mas? :p^
^seperti bukan sunrise^
^gak perlu takut kehausan kalo udah di atas, udah ada Mas-mas yang jualan miunum^
^coba tebak di mana siluet Candi Borobudurnya?^
^salah satu penunjuk arah ke Borobudur Nirwana Sunrise -- Punthuk Setumbu^
^ada di puncaknya^
^duo Merapi-Merbabu yang masih diselimuti kabut^
^Wah, crew-nya pake seragam^
^noh, yang duduk-duduk memakai baju item dan ungu, salah satu anggota keluarga bule yang tak sengaja gue potret^
^sunrise-nya gak bagus, karena cuma motret pake HP :(^
^Si Mas yang pake baju lorek biru putih, posenya biasa aja dong Mas? :p^
^seperti bukan sunrise^
^gak perlu takut kehausan kalo udah di atas, udah ada Mas-mas yang jualan miunum^
^coba tebak di mana siluet Candi Borobudurnya?^
^ada tali di pinggir jalan, bagi lo-lo yang gak biasa jalan, biar tetep bisa sampai ke atas :p^
^dibatasin bambu-bamu biar gak kebablaseb kalo jalan^
^salah satu bagian dari Menoreh Hill (bukan dari ata Setumbu lhoo^
^pengunjunge banyak to?^
^para pengunjung dari seluruh penjuru dunia^
^gak dapat tempat di garis terdepan, tak apa, masih bisa nongkrong kok kalo mau ngambil gambar :p^
^narsis dikir boleh kali ya? :)^
^salah satu track-nya^
^pepohonan tinggi, menjadi pemandangan sepanjang perjalanan menuju puncak^
^salah satu tanaman budidaya masyarkat sekitar, ketela pohon^
^langitnya biru cerah^
^jalannya ada yang disemen, biar gak becek^
^tuh, ada penerangannya, biar gak nabrak kalo masih gelap^
^ada warung di deket parkiran^
^salah satu view duo Merapi-Merbabu dari sisi lain (belum puncak^
^ini adalah jalan dari jalan raya menuju ke parkiran^
Minat? Buruan gih, ke
sana! Nggak bakan nyesel dah! *kecuali kalo ke sananya pas mendung*.
Punthuk Setumbu, Dusun
Kurahan, Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Oiya, untuk tiket masuknya,
gua gak tau pas-nya berapa. Hehehe…
Selamat mencoba. Jangan lupa ajak gua. Ntar masuknya gratis. hahaha....
Oke, saran gua, lo jangan coba-coba ke sana dalam waktu deket-deket ini, soalnya, you know lah, cuaca sangat tidak mendukung.
(Sorry, tulisan di atas banyak dialog tak penting antara gua dengan sisi lain gua. IYKWIM :p)
Selamat mencoba. Jangan lupa ajak gua. Ntar masuknya gratis. hahaha....
Oke, saran gua, lo jangan coba-coba ke sana dalam waktu deket-deket ini, soalnya, you know lah, cuaca sangat tidak mendukung.
(Sorry, tulisan di atas banyak dialog tak penting antara gua dengan sisi lain gua. IYKWIM :p)
cerita yang menarik sekali gan
ReplyDeletethx
Delete