Wednesday, December 18, 2013

Ayo Kita Bersyukur



Syukur adalah bentuk ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta alam semesta. Begini, ketika kita diberi sesuatu oleh orang lain, tentu kita akan mengucapkan terima kasih kepada orang itu. Nggak mungkin, kan, kita malah memarahi (dalam konteks diberi sesuaru yang baik). Namun, rasa syukur lebih dari rasa terima kasih itu sendiri. Bersyukur juga merupakan sarana kita untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.

Nah, syukur itu sendiri dibagi menjadi empat macam.

Pertama, syukur melalui lisan atau perkataan. Ya, lafal yang sering kita ucapkan ketika mendapat rejeki atau nilai bagus. Alhamdulillaahi robbi al ‘aalamiina. Segala bentuk pujian hanya bagi Allah Rabb semesta alam. Itu baru rasa syukur yang diucapkan oleh lisan. Masih sangat dasar. Gampanglah ya kalau Cuma di mulut.

Kedua, bersyukur di dalam hati. Nah, ini mulai agak sulit. Terlebih ketika hati sudah terkotori oleh penyakit iri dan dengki. Bilangnya sih, alhamdulillaah, tapi di dalam hati masih dongkol ketika tetangga atau temannya dapat rejeki lebih banyak atau nilai yang lebih tinggi. Menggerutu mengapa dirinya tidak mendapatkan yang terbaik. Ingat, bersyukur bukan hanya karena dapat yang terbaik. Tapi mendapatkan yang lebih baik dari sebelumya dan lebih baik dari beberapa orang, bukan semua orang. Lha kalau harus menunggu jadi yang terbaik, kapan mau bersyukur?

Ketiga, rasa syukur itu hendaknya diwujudkan dengan perbuatan yang baik. Contohnya, sholat jadi lebih rajin, puasa sunnah lebih sering, dzikir lebih banyak, amal sholeh lebih digalakkan, dan masih banyak lagi. Kalau ini harus dong ya, masak sudah dikasih gratis nggak mau berkorban sedikit pun?

Terakhir, mungkin ini terbilang gampang, tapi masih banyak orang yang jarang melakukannya karena didasari rasa syukur itu sendiri, lebih ke tujuan lain. Syukur dalam bentuk beramal harta, berinfaq, bersedekah atau berwakaf.

 "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

ingat kan, itu penggalan surat apa? Ya, benar. Surat cinta. Surat Cinta dari Pencipta kita, Allah swt. surat ke-14 ayat 7.

Jelas kan, kalau kita mau bersyukur, pasti nikmatnya akan ditambah. Nikmat di sini bukan hanya dalam bentuk materi. Pliisss, jangan jadi orang matre dong! Memang materi penting, tapi bukan segalanya. Nikmat yang Dia diberikan bisa juga dalam bentuk keberkahan, ketenangan, atau kebahagiaan. Itu jauh lebih penting dari sekedar materi. Buat apa materi banyak tapi tetap merasa kurang? Mending kan, banyak dan cukup. Cukup buat naik haji, cukup buat beli rumah.

Bersyukur juga harus—HARUS—dimulai dari hal yang kecil. Bagaimana kita akan bisa mensyukuri hal yang besar kalau yang kecil saja belum bisa? Ibaratnya bagaimana kita bisa membawa yang besar kalau menjinjing yang kecil saja masih perlu bantuan orang lain? Mulai dari yang kecil. Segala yang besar pasti dimulai dari yang kecil. Ingat firman Allah swt di atas. Kalau mau bersyukur, pasti nikmatnya ditambah. Analoginya gini, seperti memancing. Awalnya kita beri umpan cacing kecil untuk memancing ikan kecil. Cacing yang digunakan sebagai umpan sebagai rasa syukur kita. Sedangkan ikan yang didapat sebagai nikmat yang Allah berikan kepda kita. Setelah dapat, ikan kecil itu kita jadikan umpan untuk memancing ikan yang lebih besar lagi. Demikian seterusnya sampai dapat ikan yabg lebih besar lagi sampai dapat paus biru. Lebay! Ya pokoknya gitu.

Nah, gimana kalau tidak bersyukur? Jelas, bukan? Azab-Nya sangat pedih. Orang sombong tak pantas untuk mendapatkan nikmat tambahan. Jelas-jelas Allah swt sangat membenci orang yang sombong dan membanggakan diri. Tak mau mengakui kalau usahanya selama ini hanya karena kerja kersanya, tanpa campur tangan-Nya. Ingat kisah Qarun. Ketika dia diberi kekayaan oleh Allah yang sangat banyak, dia sombong. Akibatnya , Qarun dan hartanya dibalikkan oleh Allah hingga tertelan tanah. Demikian juga Fir’aun. Dia diberi kekuatan dan kekuasan serta kepintaran, tapi malah mengaku sebagai Tuhan. Ya sebagai akibatnya dia dan bala tentaranya ditenggelamkan di Laut Merah. Allah swt tak menerima taubatnya. Naudzubillaah.

Tentu nggak mau kan, hidup kita yang Cuma sekali ini berakhir tragis?

Bagaimana kalau kita sudah terlanjur punya kepintaran, punya jabatan tinggi dan harta yang banya tapi belum bersyukur, atau katakanlah sudah bersyukur tapi merasa masih kurang? Allah swt Maha Baik kok. Perhatikan firman di atas sekali lagi. “... dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Masih belum paham? Bandingkan dengan “... dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Aku (Allah) akan langsung menurukan azab”. Beda, kan?

Itulah salah satu bukti Allah memang Maha Baik. Ketika kita masih terkadang lupa untuk bersyukur kepada-Nya, Allah masih menangguhkan azab-Nya, tidak langsung menurunkan saat itu juga. Kita masih diberi kesempatan untuk bersyukur di waktu kemudian. Azab yang diturunkan Allah swt memang sangat pedih, tapi itu untuk orang-orang yang sombong sehingga tak mau mengenal Allah.

Hendaknya kita biasakan untuk bersyukur: DARI SEKARANG dan DARI HAL YANG KECIL.

Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam bishshowab.

*terinsipirasi oleh materi Pak Kyai dalam sebuah pengajian*

No comments:

Post a Comment