Sunday, May 6, 2012

Me vs Banana Boat


Pantai Karang Bolong, Anyer, Banten. Sebuah pantai yang menghadap langsung ke Gunung Anak Krakatau. Pantai yang sepi oleh pengunjung. Jalan untuk mencapai pantai itu pun tidak mudah. Setelah memasuki kawasan Cilegon, sebuah kota di mana terdapat Perusahaan Krakatau Steel, sebuah perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak di industri besi dan baja, harus ekstra hati-hati karena banyak jalan yang berkubang dan debu yang terbang bebas di mana-mana. Belum lagi kalau malam tiba, gelap gulita. Tidak ada lampu penerang yang dipasang di pinggir jalan. Namun, tak perlu khawatir karena di sepanjang barat jalan raya, terbentang pantai yang akan memanjakan mata, apalagi bagi para pengunjung yang berasal dari kota terpadat di Indonesia, Jakarta dan sekitarnya yang hanya disuguhi pemandangan berupa kemacetan dan ketidakteraturan di sana-sini. Ditambah lagi pohon-pohon yang menari-nari di pinggir pantai serta penginapan-penginapan yang berjejer rapi menghapad ke arah pantai. Sungguh nyaman sekali andaikan mempunyai rumah di ssana.

`````````````````````````````````````````````````````````
Gue bersama teman sekelas mengadakan makrab di pantai Karang Bolong. Sebuah pantai yang nggak begitu bagus. Airnya pun terkadang kotor karena bercampur dengan ranting-ranting pohon. Pasirnya nggak halus. Juga sepi. Namun, ada ketenangan di sana. Nggak ada pedangang yang menjengkelkan dan orang-orang yang akan mengganggu kesenangan di hari itu.

Pukul 09.00 pagi kami bertolak dari salah satu villa yang menghadap ke laut. Kemudian kami berjalan sekitar 10 menit menuju pantai yang masih bisa terlihat dari villa. Di perjalanan, kami bertemu dengan seorang bapak yang mungkin bekerja di wilayah pantai. Beliau memberi tahu kami agar melewati jalan yang ditunjukkan oleh beliau sehingga tidak perlu membayar tiket masuk ke panati. Wah, lumayan, bisa menghemat 7000.

Sesampainya di  Pantai Karang Bolong, gue dan beberapa teman agak kecewa karena ternyata pantainya nggak sebagus yang dibayangkan. Justru lebih bagus pantai yang sebelahnya.  “Untung saja tadi nggak bayar”. Lama kita berdiskusi. Apakah mau balik ke pantai sebelah atau tetap bermain di pantai Karang Bolong. Beberapa di antara kami ada yang kembali ke pantai sebelah.

Kemudian ada salah satu teman yang ingin naik banana boat. Dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh anak mau main banan boat. Terus kata bapak yang menyewakan banana boat, bisa buat delapan orang. Kami ada sembilan orang. Berarti ada satu yang nggak bisa iktu. Gue dan satu teman yang lain masih berunding. Dia nggak mau main basah-basahan, katnaya, jadi gue yang naik banana boat. Awalnya gue juga nggak minat buat basah-basahan karena kemarin sore gue sudah main kejar-kejaran omabak sampai celananya basah. Celananya saja. Namun, karena gue penasaran ingin naik banana boat, akhirnya gue memberanikan diri.dengan konyolnya gue bilang, “Eh, Ntar jangan diceburin dong, gue  nggak bisa berenang”. Hahaha... Koplak! Yang namanya banana boat ya pasti diceburin ke laut lah. Sumpah, gue deg-degan banget waktu itu, padahal belum naik.

Bismillah, gue naik.

Wuuoooo... kami teriak-teriak sekencang-kencangnya, kesempatan mumpung di pantai, nggak ada yang merasa terganggu. Asyik juga ternyata. Semakin lama semakin cepat laju speedboat yang menarik banana boat-nya. Miring-miring dan akhirnya.... jeguurrrrr... blup blup blup bluuupppp.... Gue serasa mau mati ketika dijatuhin ke tengah laut. Hwah, gue mencari pegangan, mencari teman gue yang lain. Sumpah, gue nggak bisa langsung mengapung karena pelampungnya terlalu gedhe buat gue. Akhirnya gue menemukan permukaan juga dan segera memeganga tangan teman gue. Ya Allah, asinnya. Pengen muntah.

Setelah kami semua naik, banana boat kembali jalan. Wah, masih asin-asin gitu dan suara gue jadi sedikit serak-serak basah. Kembali kami berteriak-teriak. Uuuu.... kali ini banana boat berjalan agak alam sebelum kami dijatuhkan lagi. Berputar-putar di dekat pantai. Gue sudah was-was kalau-kalau jatuh lagi. Huhuhu... dan benar saja. Kali ini gue lebih siap dan nggak kaget karena sudah mengalami sebelumnya. Namun, tetap saja gue merasa mau mati. Gue seperti mau tenggelam, padahal jatuhnya di tepi pantai. Hahaha... Setelah teman gue bilang kalau pantainya dangkal, kaki gue baru  gue turunkan untuk memastikan hal tersebut. Memang benar. Gue jadi malu. Hihihi... Kemudian kami bergegas ke daratan dan menuju pantai sebelah, tempat di mana kebanyakan dari kami ada di sana.

Akhirnya, gue main-main ombak di pinggir. Gue nggak berani ke tengah-tengah. Hehehe... cuaca nggak begitu panas, jadi kulit gua nggak jadi tambah item.. wkwkwkw.....



No comments:

Post a Comment