Pantai Karang Bolong, Anyer,
Banten. Sebuah pantai yang menghadap langsung ke Gunung Anak Krakatau. Pantai
yang sepi oleh pengunjung. Jalan untuk mencapai pantai itu pun tidak mudah.
Setelah memasuki kawasan Cilegon, sebuah kota di mana terdapat Perusahaan
Krakatau Steel, sebuah perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak di
industri besi dan baja, harus ekstra hati-hati karena banyak jalan yang
berkubang dan debu yang terbang bebas di mana-mana. Belum lagi kalau malam
tiba, gelap gulita. Tidak ada lampu penerang yang dipasang di pinggir jalan.
Namun, tak perlu khawatir karena di sepanjang barat jalan raya, terbentang
pantai yang akan memanjakan mata, apalagi bagi para pengunjung yang berasal
dari kota terpadat di Indonesia, Jakarta dan sekitarnya yang hanya disuguhi
pemandangan berupa kemacetan dan ketidakteraturan di sana-sini. Ditambah lagi
pohon-pohon yang menari-nari di pinggir pantai serta penginapan-penginapan yang
berjejer rapi menghapad ke arah pantai. Sungguh nyaman sekali andaikan
mempunyai rumah di ssana.
`````````````````````````````````````````````````````````
Gue bersama teman sekelas mengadakan makrab di pantai Karang
Bolong. Sebuah pantai yang nggak begitu bagus. Airnya pun terkadang kotor
karena bercampur dengan ranting-ranting pohon. Pasirnya nggak halus. Juga sepi.
Namun, ada ketenangan di sana. Nggak ada pedangang yang menjengkelkan dan
orang-orang yang akan mengganggu kesenangan di hari itu.
Pukul 09.00 pagi kami bertolak dari salah satu villa yang
menghadap ke laut. Kemudian kami berjalan sekitar 10 menit menuju pantai yang
masih bisa terlihat dari villa. Di perjalanan, kami bertemu dengan seorang
bapak yang mungkin bekerja di wilayah pantai. Beliau memberi tahu kami agar
melewati jalan yang ditunjukkan oleh beliau sehingga tidak perlu membayar tiket
masuk ke panati. Wah, lumayan, bisa menghemat 7000.
Sesampainya di Pantai Karang Bolong, gue dan beberapa teman agak
kecewa karena ternyata pantainya nggak sebagus yang dibayangkan. Justru lebih
bagus pantai yang sebelahnya. “Untung
saja tadi nggak bayar”. Lama kita berdiskusi. Apakah mau balik ke pantai
sebelah atau tetap bermain di pantai Karang Bolong. Beberapa di antara kami ada
yang kembali ke pantai sebelah.
Kemudian ada salah satu teman yang ingin naik banana boat.
Dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh anak mau main banan boat. Terus kata bapak
yang menyewakan banana boat, bisa buat delapan orang. Kami ada sembilan orang.
Berarti ada satu yang nggak bisa iktu. Gue dan satu teman yang lain masih
berunding. Dia nggak mau main basah-basahan, katnaya, jadi gue yang naik banana
boat. Awalnya gue juga nggak minat buat basah-basahan karena kemarin sore gue
sudah main kejar-kejaran omabak sampai celananya basah. Celananya saja. Namun,
karena gue penasaran ingin naik banana boat, akhirnya gue memberanikan
diri.dengan konyolnya gue bilang, “Eh, Ntar jangan diceburin dong, gue nggak bisa berenang”. Hahaha... Koplak! Yang
namanya banana boat ya pasti diceburin ke laut lah. Sumpah, gue deg-degan
banget waktu itu, padahal belum naik.
Bismillah, gue naik.
Wuuoooo... kami teriak-teriak sekencang-kencangnya,
kesempatan mumpung di pantai, nggak ada yang merasa terganggu. Asyik juga
ternyata. Semakin lama semakin cepat laju speedboat yang menarik banana
boat-nya. Miring-miring dan akhirnya.... jeguurrrrr... blup blup blup
bluuupppp.... Gue serasa mau mati ketika dijatuhin ke tengah laut. Hwah, gue
mencari pegangan, mencari teman gue yang lain. Sumpah, gue nggak bisa langsung
mengapung karena pelampungnya terlalu gedhe buat gue. Akhirnya gue menemukan
permukaan juga dan segera memeganga tangan teman gue. Ya Allah, asinnya. Pengen
muntah.
Setelah kami semua naik, banana boat kembali jalan. Wah,
masih asin-asin gitu dan suara gue jadi sedikit serak-serak basah. Kembali kami
berteriak-teriak. Uuuu.... kali ini banana boat berjalan agak alam sebelum kami
dijatuhkan lagi. Berputar-putar di dekat pantai. Gue sudah was-was kalau-kalau
jatuh lagi. Huhuhu... dan benar saja. Kali ini gue lebih siap dan nggak kaget
karena sudah mengalami sebelumnya. Namun, tetap saja gue merasa mau mati. Gue
seperti mau tenggelam, padahal jatuhnya di tepi pantai. Hahaha... Setelah teman
gue bilang kalau pantainya dangkal, kaki gue baru gue turunkan untuk memastikan hal tersebut.
Memang benar. Gue jadi malu. Hihihi... Kemudian kami bergegas ke daratan dan
menuju pantai sebelah, tempat di mana kebanyakan dari kami ada di sana.
Akhirnya, gue main-main ombak di pinggir. Gue nggak berani
ke tengah-tengah. Hehehe... cuaca nggak begitu panas, jadi kulit gua nggak jadi
tambah item.. wkwkwkw.....
No comments:
Post a Comment