Monday, December 10, 2012

Kau, Hujan


Kelabu. Semua sama. Dari ujung barat sampai ke ujung timur, dari ujung utara ke ujung selatan. Warna langit sore ini, ah sebenarnya bukan warna langit yang kelabu itu, melainkan awan-awan itulah yang menutupi. Sepertinya, mereka tak akan pernah lelah untuk menurunkan jutaan rintik air bumi. Terkadang, cahaya putih yang berkekuatan jutaan volt tampak ingin membelah langit yang luasnya tak terkira itu menjadi ribuan puzzle alam yang siap membuktikan kekuasaan Sang Khalik kepada manusia, ciptaan-Nya. Sementara di bawah atap semesta, air terus mengalir mencari celah-celah kosong, mengisi lubang-lubang dan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Namun, karena tak banyak ruang kosong, mereka membanjiri setiap tempat yang tersisa. Menggenang. Menciptakan sebuah aliran yang hanya akan terbentuk seperti saat ini.


Aku paling suka dengan air hujan, jika sedang tak terjebak hujan maksudnya. Pikiranku kembali ke masa ketika aku kecil dulu. Meskipun tak sering hujan-hujanan, aku sering memperhatikan air-air itu. Gemericiknya. Suaranya. Ketika menyentuh genting rumah kemudian mengalir cepat dalam sekian detik sebelum akhirnya tiba di ujung genting, lalu terjun akibat gaya gravitasi. Membuat barisan yang indah ketika mereka beramai-ramai terjun dari ketinggian yang sama dan berlomba-lomba mencapai tanah. Tanganku sesekali berusaha menggenggam erat sebagian dari mereka meskipun usahaku sia-sia, sangat sia-sia. Mereka terlalu lihai untuk ditaklukkan. Terlalu  cerdik.

Dan, ketika langit, mengucurkan air dengan derasnya, mau tak mau, ember-ember atau pun panci harus dipersiapkan untuk menadah air. Bukan digunakan untuk mandi atau memasak, tapi menampung air-air yang masuk ke rumah melalui celah-celah akibat genting yang pecah atau berlubang. Tok. Tok. Tok. Itu dulu, ketika di bawah genting belum diberi plastik bening yang luasnya mencakup seluruh penjuru rumah. Sekarang sudah tak ada suara itu.

Ah, ya, aku juga suka ketika hujan sudah reda atau hanya tinggal rintik-rintik. Menyisakan genangan air yang terjebak di kubangan yang memang terjadi akibat tindakan mereka sendiri. Apalagi kalau bukan genangan di bawah ujung genting, tepat di mana air itu meluncur dari atas genting. Menghentak-hentakkan kaki agar air terciprat ke mana-mana, termasuk ke badan teman atau malah badan sendiri. Asyik.

Di depanku berdiri, puluhan mobil mewah berbaris. Sepertinya ada kemacetan. Mungkin gara-gara ada banjir yang membuat sang pengemudi harus memperlambat laju kendaraannya agar mesin mobil mereka tak kena air sehingga menimbulkan kerugian tersendiri baginya. Bukan urusanku. Toh, aku juga tak perlu mobil saat itu.

Aku masih duduk terdiam di depan sebuah kios yang—entahlah—aku tak tahu kios atau toko apa, memperhatikan rintik hujan yang terlihat semakin melemah. Tak seperti beberapa menit yang lalu. Deras sekali. Sesekali ada angin yang bertiup sehingga seakan-akan terdapat asap di tengah hujan.
Melayang. Ingatan masa lalu kembali menari-nari di pikiranku. Ah, masa-masa yang penuh kenangan.


Hujan. Sebuah berkah. Banyak orang yang berharap banyak padanya. Tapi tak sedikit yang mencela kedatangannya. Aku. Ah, aku jadi malu sendiri. Terkadang aku masih membencinya ketika ia datang pada saat aku tak membutuhkannya.

Aku teringat seseorang yang berada sejauh ratusan kilometer di sana. Seseorang yang mencoba bersahabat dengan hujan. Semakin lebat hujan yang turun, semakin senang hatimu. Meskipun terkadang tak peduli dengan akibat yang akan engkau dapatkan setelahnya. Ya, apalagi kalau bukan basah dan kedinginan sehingga tak jarang engkau sakit. Tapi itu tak menjadi penghalang bagimu untuk membuat kami bahagia seperti orang lain. Bagaimana mungkin engkau akan menyerah hanya karena hujan? Tak tega rasanya jika harus melihatmu menanggung semua itu sendiri.


Hujan selalu memberikan kesejukan tersendiri. Setiap tetes airnya tak akan pernah sia-sia. Hanya karena ulah manusia sendirilah yang membuat seakan-akan air hujan adalah musibah. Lihatlah. Rasakanlah dengan telapak tangan. Pasti nikmat bukan main. 

Friday, November 30, 2012

Bahagia itu Sederhana



Siapa bilang bahagia itu hanya milik orang-orang yang mempunyai harta melimpah? Bahagia milik semua orang. Setiap orang berhak untuk bahagia. Bahagia dengan apa yang mereka miliki. Bahagia dengan apa yang mereka jalani. Dan bahagia dengan cara mereka sendiri. Bahagia tak melulu soal harta, pangkat atau karena terkenal. Tapi bahagia adalah masalah hati.

Selalu mencoba untuk selalu bahagia dengan apapun. Berpikir positif dengan apa yang ada. Hilangkan pikiran buruk yang hanya akan mengganggu ketenangan. Tak perlu terlalu khawatir dengan apa yang akan terjadi pada detik berikutnya dan tak perlu menyesal dengan apa yang telah terjadi pada detik sebelumnya. Nikmatilah detik yang sedang dilalui sekarang. Sederhana, bukan?

Tak punya harta banyak, tak masalah. Sesungguhnya, nikmatnya mempunyai harta adalah ketika kita bisa berbagi dengan orang lain. Jangan bangga ketika mempunyai harta jika hanya untuk memperkaya diri sendiri.
Masih menjadi karyawan, tak perlu menyesal. Anda tak akan menjadi atasan jika tak menikmati menjadi bawahan.

Tak perlu iri melihat orang-orang di sekitar kita bangga dengan apa yang mereka miliki. Justru kita harus bisa menunjukkan kepada mereka bahwa kita bisa bahagia dengan menjadi diri kita sendiri dan apa yang kita miliki.

Bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Yang Maha Memiliki segalanya. Selalu bersungguh-sungguh dalam menjalani skenario-NYA. Dan tetap optimis.

Sunday, September 30, 2012

Curcol


Teruntuk sahabatku yang nun jauh di sana...

Mungkin aku terlalu berlebihan jika menganggapmu sebagai seorang sahabat, dan mungkin juga kamu hanya menganggapku sebagai seorang teman biasa yang hanya perlu dikenal pada masa tertentu saja. Tapi tak mengapa. Aku tak marah kok karena aku juga pernah menganggap seseorang, bahkan banyak orang, yang pernah ku kenal sebelumnya, tapi pada saat ini aku telah memedulikan mereka lagi, namun bukan berarti aku melupakan mereka. Aku hanya tak menghubungi mereka secara intensif dan personal, namun ketika mereka menanyakan tentang diriku secara personal, maka sebisa mungkin akan aku jawab dengan jujur.  *hah, tulisan apa sih ini?*

Aku hanya tak mengerti mengapa kamu tak pernah menghubungi aku lagi akhir-akhir ini? apakah kamu terlalu sibuk di luar sana? Yah, aku hanya berbaik sangka, kamu selalu disibukkan dengan macam-macam kegiatan yang baik. Namun, aku juga berharap agar kamu juga tak melupakan aku, bukan melupakan sih sebenarnya, Cuma memberikan kabar bahwa kamu selalu baik-baik saja dan apa yang kamu lakukan di sana. *ah, kenapa malam minggu jadi galau begini sih?*
Sebenarnya, aku sangat ingin mengulang masa-masa di mana kita bersama dulu. Hahaha.. Aku terlalu berkhayal ternyata. *woiii, banguunn!!* Bernostalgila bareng sepulang sekolah. *ah, sudahlah, lupakan*

Sob, aku hanya berharap kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Kamu masih semangat untuk menebarkan kebaikan di bumi Allah swt. dan tak lupa, doaku selalu menyertaimu, kawan. Aku masih bisa bersabar ketika kamu tak memberi kabar. Aku berdoa semoga Allah mempertemukan kita di kesempatan yang lebih baik dan kesempatan yang terbaik.

Friday, August 10, 2012

Nikmatnya Puasa




05082012

Jam di HP menunjukkan pukul 09.45, gue terbangun dari tidur pagi, bi
asa kan, kalo puasa, pasti tidurnya berubah menjadi pagi hari setelah Sholat Shubuh. Sebenernya, baru pukul 09.37 sih, sengaja gue lebihkan beberapa menit karena pada waktu PKL beberapa waktu lalu, jam di kantor juga kecepetan dan gue males untuk men-setting jam tersebut tepat waktu.

Ada sms dari temen SMA gue yang sekarang kerja di Jakarta. Dia memberi tahu bahwa dia jadi ke Pasar Tanah Abang. Sebelumnya, setelah sahur, dia ngajak gue ke pasar. Wah, kebetulan sekali, gue juga mau nyari sesuatu. Namun, penyakit gue sering kali kumat kalo udah tidur. Apa yang menjadi  rencana, pasti sering kali gagal karena kemalasan gue untuk bangun tidur jika waktu bangunnya melebihi jadwal yang telah direncanakan. Misalnya gini, ketika guemerencanakan pengen pergi ke suatu tempat jam 9. Terus gue bangun tidur jam 9.01, maka pasti gue lebih memilih untuk melanjutkan mimpi-mimpi gue. Hahaha... Dan, pagi itu, sebenernya gue juga mau melanjutkan bobok cantik gue. Selain karena dia mau berangkat dari kostnya jam 10, juga karena jadwal KRL yang lewat stasiun dekat kostku adalah jam 10.18, dan sekarang sudah pukul 09.37. Kesadaran gue belum 100%, ditambah lagi gue juga belum mandi dan siap-siap. Nggak mungkin nyampe stasiun jam 10.18. Oleh karena itu, gue memutuskan untuk membatalkanrencana ke pasar Tanah Abang.

Gue bangun, keluar kamar dan mandi. Sesuatu banget nggak sih mandi jam segitu? Secara biasnya, jam segitu pasti gue masih molor. Hehehe...

Setelah mandi, gue ngecek HP lagi, temen gue sms kalo ternyata dia belum berangkat, padahal sudah jam 10 lebih. Katanya, dia masih nunggu temannya yang satu lagi. Alamak, emang mau bawa rombongan berapa biji, bo’? Kemudian , dia tanya lagi, jadwal KRL yang dari stasiun Jatinergara jam berapa? Sumpah deh, emang gue petugas stasiun apa?? Huft! Tapi, karena gue baik hati, tidak sombong dan rajin menabung #ngek#, maka gue membuka netbook untuk ngeliat jadwal KRL Jabodetabek.

Hampir jam 11, ternyata temen gue dkk, baru berangkat ke stasiun. Wah, bisa juga nih kalo gue nyusul, mumpung ada KRL ekonomi yang jam 11.31. Setengah jam, nyampe lah ke stasiun. Sebelum berangkat, gue sibuk milih-milih kostum, padahal gue nggak punya banyak baju. Yang bagus-bagus sedang gue cuci. Pun gue juga nggak punya sandal selain sandal jepit Swall*w. Rencananya gue mau pake sepatu, tapi karena semua kaos kakinya belum kering dan nggak mungkin juga kalo gue harus memakai sepatu tanpa kaos kaki, maka gue memutuskan untuk memakai sandal jepit tersebut. PeDe aja lagi!

Dengan ongkos angkot 2000 perak dan KRL 1500, gue nyampe di sartasiun Tanah Abang. Oiya, sebelumnya, waktu di KRL, gue menemukan rombongan pengamen kereta. Nggak tanggung-tanggung, LIMA orang dengan alat musik yang berbeda-beda: gitar, drum, biolah, bas raksasa (gue nggak tau namanya, bentuknya kaya bas, tapi gedhe banget) dan yang satu sebagai pihak yang “menarik” uang dari penumpang. Selain itu, mereka juga berhenti agak lama di beberapa tempat. Tumben banget ada rombongan pengamen seperti itu. Yang ada, biasanya cuman satu dua orang, dengan suara yang nggak ada pas-pasnya sama sekali, baru nyanyi lima kata langsung pindah, udah gitu agak maksa minta uang lagi. Makanya, karena pengamen yang gue temui adalah pengamen yang luar bisa, maka gue nggak males buat ngeluarin uang 1000 perak.

Sesampai di stasiun, gue kaget luar biasa. Ternyata oh ternyata, ada lautan masa di sana. Kirain, kalo puasa-puasa gini, orang-orang pada males pergi, mengingat dua minggu lalu, puasa hari kedua, gue pergi ke Bekasi dan mendapati Jakarta dan sekitarnya sangat sepi. Bahkan, jalan yang biasanya macet parah pu, saat itu, kendaraan yang lewat bisa dihitung. Oke, balik ke stasiun. Hmmm, gue nunggu temen gue di mana nih enaknya? Nggak ada tempat yang strategis. Ah, dari pada pusing-pusing, mending liat-liat tiket kereta, siapa tahu masih ada yang kosong, jadi nasib mudik gue kali ini bisa sedikit agak lebih jelas.#thing#

Dan, eng ing eng, apa yang terjadi, Saudara-saudara? Nggak ada pengumuman tanggal berapa saja kereta udah penuh, padahal biasanya ada lho. Males banget nggak sih? Masak ya gue harus ngantri untuk memastikan? No way. Gue juga lagi nunggu temen gue, siapa tau pas gue ngantri, dia dateng. Ya sudahlah, gue nunggu temen gue di depan loket aja lah.

Menunggu, menunggu dan menunggu. Lima menit, sepuluh, dua puluh menit, temen gue belum dateng juga. Huft!  Nggak enak banget lah nunggu di stasiun yang ruammmeee naget kayak gitu. Mau duduk, tapi nggak ada tempat duduk. Mau jongkok, tapi takut ntar ketabrak-tabrak. Ya sudah,berdiri saja. Bener-bener kaya anak ayam yang menunggu induknya membawa pulang makanan. Emang gitu ya? Perasaan anak ayam suka ikut induknya kemana aja induknya pergi deh. Ngaco banget! Dan akhirnya, setelah lebih dari setengah jam menunggu, temen gue dateng juga. Kirain dia Cuma berdua sama temennya, eh ternyata bawa se-RT. Pantes lama beud. Oke, let’s go shopping!

Eh, sebelumnya, sholat dulu donk. Nyari mesjid yang deket stasiun, di sebelah mana yak? Gue udah berkali-kali ke stasiun, tapi nggak tau di mana masjid terdekat. Parah! Ya udah, nyari yang deket pasar aja. Kami masuk pasar yang nggak kalah rame dengan suasana di stasiun. Susah banget mau jalan. Mau cepet, pasti nabrak depannya, mau pelan banget, pasti ditabrak belakangnya. Rwarrr! Temen gue tuh sok-sokan banget gayanya, kayak udah tau seluk beluk pasar. Udah belok sana, belok sini, nggak ketemu-temu juga musholanya. Udah gitu, akhirnya juga cuman keluar lagi. Ngeselin banget nggak sih? Udah panas, nggak bisa napas, dan godaan yang berupa es-es sangat terasa di tenggorokan.”Astaghfirullah, ampuni hamba Ya Allah jiak tiba-tiba nanti hamba batal puasanya. Semua gara-gara teman hamba.”

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya nemu masjid juga, walopun harus masuk pasar lagi, berjubel-jubel lagi, ditambah lagi orang-orang yang dengan seenak udelnya “memamerkan kesegaran es teh”, bukan anak kecil tapi orang dewasa. Ya, gue bisa saja khusnuzhon kalo dia bukan orang Islam, tapi, masak ya non-Islam pake kerudung kaya orang Islam? Setidaknya, kalo emang lagi berhalangan puasa, mbok yao, minumnya agak dijaga, minumannya ditaruh di tas atao plastik. Bikin gue kepingi aja. #lho?

Oke, lanjut. Selepas sholat, kami langsung beraksi. Muter-muter di dalam pasar, berdesak-desakan dengan manusia dari berbagai ras dan suku bangsa #halah#.

Memang, kalo belanja dengan kaum hawa, maka kaum adam harus menguntit di belakang. Kemana-mana harus ikut untuk memenuhi hasrat belanja perempuan. Dan, entah kenapa, (mungkin kesambet jin pasar kali ya?), temen gue berpendapat bagaimana kalo yang cowok jalan sendiri aja, biar nggak kasian ngikutin emak-emak. Oke deh, kalo begitu.

Berempat kami menelusuri pasar. Sumpah, nggak ada tempat yang  bisa dipake buat napas barang seinchi pun. Masya Allah. Udah gitu, yang dijual kog baju emak-emak semua? Baju yang buat kaum lelaki mana nih? Gue hampir putus asa nyarinya. Lebih dari sejam gue jalan, tapi nggak dapet apa yang gue pengenin. Kaki udah pegel, kepala nyut-nyutan, tenggorokan pengen segera dialiri air dan paru-paru sudah meraung-raung meminta udara segar. Lengkap sudah kenikmatan berpuasa. Ah, dari pada gue pingsan di dalam pasar dan nggak ada yang nolongin, mending keluar aja. Persetan dengan yang lain karena gue tinggalin. Maafin gue, bro, gue pulang dulu! Gue nggak jadi beli apa-apa.

Gue balik lagi ke stasiun. Iseng-iseng nanya satpam, apakah masih ada tiket kereta ekonomi buat tanggal sepuluhan. Dan, nasib pun belum mau berpihak sama gue. Tiket hanya tinggal untuk besok dan lusa. Yah, masak gue harus pulang secepat itu?  Gue jadi tambah lemes. Ya Allah.

Dan, indahnya puasa hari ini nggak berakhir sampai di situ. Di commuter line juga nggak kalah sumpek dengan di pasar, malah lebih parah, gue nggan bisa bergerak, sampai mau napas pun harus seperti orang yang menyelam tanpa membawa tabung oksigen. Dikit-dikit harus mencul ke permukaan. Masya Allah, bener-bener pengen pingsan dan bangun-bangun sudah berada di kamar kost tercinta, tapi nggak mungkin, ini bukan mimpi, ini kenyataan yang harus gue alami selama setengah jam ke depan. Di tambah lagi, peneumpang yang berisiknya minta ampun, malah sampe ada yang beradu mulut tepat di samping gue. Huhuhu...

Dan gue berhasil nyampe di stasiun yang gue tuju dan bisa kembali ke kost, eh bukan dheng, rencananya gue mau mampir di gramedia Bintaro Plaza sampe mendekati maghrib. Eh, tapi tunggu dulu. Kayaknya gue nggak kuat kalo harus jalan lama-lama deh. Pulang aja deh kalo gitu....

Wednesday, June 6, 2012

Waktu Gue Beli Tiket


Kejadian ini gue alamin hari Ahad kemarin.

Gue pergi ke stasiun Tanah Abang untuk membeli tiket kereta ekonomi  Kutojaya jurusan Kutoarjo-Jakarta. Namanya juga mahhasiswa, pasti carinya yang murah. Nggak kuat kalo harus beli tiket yang bisnis, apalagi eksekutif? Ngimpi! Hahaha...

Gue berangkat jam setengah tiga sore (masak pagi? Belum buka lah!). Naik KRL ekonomi dari stasiun Pondok Ranji, Tangerang Selatan.  Lagi-lagi ekonomi,. Hahaha...  Ketika gue masuk KRL, lho, kog kursinya nggak seperti KRL seperti biasanya? Kursinya hadap2an kaya kereta ekonomi. Sesampainya di Tanah Abang, gue baru tahu kalo tuh KRL jalannya sampai Stasiun Pasar Senen. Apa emang KRL dari Pasar Senen kayak gitu yaa??? Baru tahuu...

Gue udah siap2 ngantri di depan loket setelah mengisi form pemesanan tiket. Wooh, ternyata lagi istirahat. Baru tahu juga kalo ternyata ada istirahatnya juga, secara gue nggak pernah beli tiket sore2.

Oya,waktu gue ngisi form itu, tiba2 ada mbak2 yang sok kenal gitu, terus nyuruh gue ngisiin form atas nama dia.

“mau turun di mana, mbak?” tanya gue
“cirebon.” Jawabnya
“naik kereta apa?”
“apa yaaa??” ketika dia jawab gitu, gue mulai ragu, “yang paling bagus apa?”
(gubrak) rasanya pengen menjotos tuh muka si mbak2nya itu. “aya mana saya tahu, kan saya nggak pernah ke cirebon.”
“kalao masnya naik apa?”
“kutojaya”.
“ya udah, saya ngikut aja”
“beneran”? tanya gue
“berangkat jam berapa?”
“jam 7 kurang sperempat pagi?”
“hah?? Terus dari rumah jam berapa ya? Jam setengah enem kali yaa??”
“lha, emang rumahnya dimana?”
“pamulang, kalo masnya?”
“bintaro. Eh, tapi ini ekonomi lho??”
“ekonomi yaa? Kalo yang paling bagu apa ya?”
“eksekutif lah” jawab gue agak ogah2an
“itu jam berapa yaa??”
“ya mana saya tahu??” (emang gue masinis?)
“ya udah, tulisin dulu mas!”
“lha mau naik apa ini??”
“mas tulisin dulu, buat contoh”
ngek!

Jam empat kurang, gue masih ngantri, tapi kog nggak buka2 sih? Gue tanya ke orang di samping gue, katanya buka jam 4. Ya udah, tunggu sebentar.

Udah jam 4 lebih tapi belum buka. Terus gue tanya ke orang lain lagi, katanya buka jam setengah lima. Walah,, sholat dulu aja ah!

Pas gue mau sholat, ada mbak yang lain. Kali ini bukan nyuruh untuk nulisin form pemesanan, tapi nitip untuk di-antri-in. Ya udah deh, sekali-kali membantu orang lain. Hehehe..awalnya gue berpikirm jangan2 dia mau nipu gue. Cepet2 gue buang tuh pikiran. Jangan sampai berburuk sangka, namun, tetap hati-hati. Yah, kalo tuh ditipu, Cuma 28.000 doang juga.

Sehabis sholat, gue menemui mbak2 yang mau barusan nyuruh untuk diantriin. Dia nyerahin form pemesanan ke gue. Gue masuk  antrian. Membuka form si mbak2nya. Wah, ada tiga orang nama yang tercantum. Gue Cuma bawa uang seratus, mana cukup buat beli 4 tiket? Gue menemui mbak2 itu lagi untuk minta uangnya.
“mbak, uangnya? Saya nggak bawa uang banyak” dia nyerahin 2 lembar uang 50 ribuan. Gue masuk ke antrian lagi.

Tibalah giliran gue untuk membeli tiket. Gue nyerahin dulu form mbak2 tadi. Mabk2 itu ada di samping gue, tapi di luar antrian. Lancar, kemudian si mbak2 itu bilang ‘makasih’. Oke.

Pas gue nyerahin form gue sendiri,

“kog nggak sekalian sama yang tadi?” tanya petugas yang menjaga loket dengan suara aagk marah, “kamu ini gimana sih?”
 “beda orang, mbak.” jawab gue enteng.
“harusnya biar dia ngantri sendiri dong, jangan terlalu baik” tangkasnya dengan tak kalah judes seperti suara sebelumnya
“mbaknya judes”, ada bisikan dari orang di belakang gue.

Gue Cuma diem aja, tak menjawab sepatah kata pun, nggak mau menambah amarah mbak2 si petugas. Kasian ka, kerjanya Cuma di belakang situ, menghadapi orang2 yang pengen beli tiket. Mungkin, dia sudah banyak dibuat marah oleh orang2 yang mau pesen tiket  sehingga melampiaskan kemarahannya ke gue.  Yah, gapapa sih, nggak ada ruginya juga di gue. Untung si mbak2 yang minta gue buat membeli tiket tadi nggak denger. Kalo dia tahu, pasti akan emrasa bersalah ma gue. #ge-er

Ice Skating

Hari ini, gue dan beberapa temen sekelas berencana untuk main ice skating ke Mall Taman Anggrek. Satu-satunya mall yang menyediakan arena skyrink di daerah Jakarta. Gue udah ke sana sekali, beberapa bulan yang lalu.

Gue kira yang bakal ikut sekitar belasan anak, eh, ternyata Cuma 7 orang termasuk gue. Ya sudah lah, berangkat aja. Masak nggak jadi lagi kaya minggu kemarin? Kapan lagi? Toh minggu depan juga sudah nggak memungkinkan.

Sesampainya di sana, gue pikir tiketnya tambah mahal. Alhamdulillah, masih sama seperti dulu. 29.500. Angka sebesar itu masih tergolong murah jika dibandingkan dengan selain hari Senin, yang lebih dari 40.000. apalagi kalao weekend, hampir 50.000 hanya untuk 2 jam. Sebenarnya, dua jam pun juga sudah capek banget, menurutku sih.

Tanpa berlama-lama lagi, kami segera menuju ke skyrink. Bismillah...

Awalnya gue kudu pegangan, secara gue belum mahir, baru sekali doank mainnya. Wuihh, licin banget, padahal esnya udah nggak halus lagi. Beberapa detik gue pegangan di pinggir. Kemudian mencoba jalan pelan-pelan. Lancar, tanpa perlu pegangan lagi. Meskipun masih mau jatuh2 terus karena banyak banget yang main. Konsentrasinya jadi terganggu.

Ternyata enak juga kalo sudah lancar, nggak kaya waktu pertama kali main, baru veverapa meter udah jatuh, mulai dari jatuh terduduk, terlentang sampai tengkurap. Sumpah, sakit dan dingin banget. Harus pakai kaos tangan. Dan, karena kemarin gue lupa pakai, (sebenarnya gue bawa sih, tapi lupa makainya dan tasnya sudah masuk loker. Nggak mungkin diambil karena itu berarti harus beli koin untuk booking loker), gue jatuh dengan tangan menyentuh lantai, sakiiiittt dan dingiiiinnnn... huhuhu... nggak mau jatuh lagi!

Hampir dua jam gue main, istirahat setengah jam karena skyrink-nya harus dilapisi es lagi biar lebih licin (baca:enak dipakai main), gue Cuma sekali jatuh. Sampai akhirnya gue menghindari orang agar tidak menabraknya dan tidak ada korban terjatuh,,, seeetttt, gubrakkk, malah gue yang jatuh dengan sukses. Alamak, sakiitt.. perlu beberapa detik agar gue bisa berdiri. “wuih, dengan kekuatan dalam tuh..” suara cewek yang dekat dengan tempat gue terjatuh berkata kepada temannya.  Pas gue mau berdiri, tangan si cewek ditodongkan ke gue dengan tu7juan hendak membantu gue berdiri. Ah, nggak perlu, non, gue udah bisa berdiri sendiri. Bukan muhrim juga kaliii. Hehehe...

Harus lebih hati-hati agar nggak jatuh lagi.

Setelah jalan beberapa putaran setelah gue jatuh, akhirnya kami berniat menyudahi acara main ice skating. Sebenarnya gue masih pengen main lagi,. Namun, mengingat gue udah janji dengan seseorang, ya, mau tak mau harus selesai. Lagian, udah jam 4 kurang, itu berarti sebentar lagi adalah jam macet. secara, jam orang2 pada pulang bekerja. Kita nggak mau terjebak di jalanan.

Tapi gue seneng banget karena sekarang, paling nggak, gue udah bisa  jalan maju. Nggak jatuh2 melulu kaya dulu sehingga badan terasa sakit sampai empat hari. Hahahaha... kalo sekarang, setelah main ice  skating, badannya biasa aja, dah nggak sakit...

Gue mikir, mereka yang udah jago main ice skating, sampe muter2 kaya penari balet, terus mundur and bisa ngepot2 gitu, latihannya berapa lama yaa?? Apa tiap hari main skate? Gue aja yang dua kali main , jalan aja masih kaya bayi yang baru latihan berjalan. Hmmm....

Thursday, May 24, 2012

Happiness


Lo ngerasa nggak sih kalo waktu itu berjalan sangat cepat? Sedetik, semenit, sejam, sehari, seminggu, sebulan, setahun, lima tahun, sepuluh tahun,, tak terasa kita udah hidup bertahun-tahun di dunia ini. Namun, apa yang telah kita perbuat selama kita hidup??? Sudahkah kita berbahagia? Sudahkah kita membahagiakan orang tua kita? Sudahkah kita memberikan sesutau kepada orang-orang yang kita cintai dan kita sayangi? Apa yang telah kita persembahkan untuk negara dan bangsa kita? Apa yang telah kita perjuangkan untuk agama kita? Rasanya, yang kita perbuat untuk orang lain tidak seberapa jika dibandingkan dengan waktu yang telah diberikan kepada kita selama kita hidup..?!
 
Lalu, apa yang perlu kita lakukan untuk orang lain di sekitar kita? Banyak. Kita bisa bantu ini itu jika ada tetangga yang sedang mengaklami kesulitan, nggak perlu harta yang banyak kog, karen kebahagiaan itu nggak selalu identik dengan uang.

Kalo kita nggak bisa membahagiakan orang lain, minimal, jangan sampai membuat orang lain menderita karena ulah kita. Kita berbuat salah, tapi imbasnya hanya untuk kita, bukan orang lain yang merasakannya juga.

Terakhir, doakan orang-orang yang kita cintai dan kita sayangi. Doakan pula orang yang kita benci agar orang tersebut bisa terbuka hatinya sehingga menjadi bagian orang-orang yang kita cinta dan kita sayangi.

Das Ist Mich


Perkenalkan, GUE ...

Nama Panggilan : Agung
Nama panjang : Aaaggguuuuuuunnnggggg
Nama Lengkap : Riya Agung Sebtyawan
Nama Samaran : Dacko, Milky, Boss
TTL : Magelang, 22 September 21 tahun yang lalu
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : disamakan
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat rumah : Kretek I 02/03 Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Alamat kost : Gang Setia no 8, Kalimongso 01/08, jurangmangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan
Riwayat pendidikan :     
-     Tidak mengenyam pendidikan formal di TK
-          SD N Karangrejo 1 Lulus tahun 2003
-          SMP N 1 Salaman Lulus tahun 2006
-          SMA N 1 Muntilan Lulus tahun 2009
-          Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (insya Allah) Lulus tahun 2012
Makanan kesukaan : Mie Ayam Bakso
Minuman Kesukaan : air mineral
Warna Kesukaan : Hijau cerah
Tempat kesukaan : pantai, masjid, kamar kost
Hobi : baca novel, merenung (no galau), jalan kaki
Musik Kesukaan : west song, nasyid
Film kesukaan : kartun
Hal yang paling disukai : menatap alngit malam yang cerah
Hal yang paling dibenci : melihat orang buang sampah sembarangan
Keahlian : bersih-bersih, memasak, mencuci (???)
Prestasi yang pernah diraih :  
-    Juara Iomba memasukkan benang ke dalam jarum pada 17-an
-       Juara II lomba joget gaya bebas pada 17-an
-       Juara I lomba adzan + sholat + ngaji pada bulan Romadhon
-       Juara IV lomba matematika SD se-kecamatan Borobudur tahun 2003
-       Juara VII lomba metematika dan lokakarya SMP se-kab Magelang tahun 2005
-       Juara II lomba metematika dan lokakarya SMP se-kab Magelang tahun 2006
-       Juara II olimpiade matematika SMP se-kab Magelang tahun 2005
-       Juara V lomba matematika SMA se-kab Magelang tahun 2008
-       Juara II olimpiade matematika SMA se-kab Magelang tahun 2008
-       10 besar lomba siswa teladan SMA se-kab Magelang tahun 2008
Motto hidup : menjadi manusia yang berguna bagi orang lain
Aktivitas sehari-hari : belajar sambil bekerja
Cita-cita : terlalu banyak untuk disebutkan
Quotes : ilmu akhirat wajib dipelajari, bekalan untuk bertemu ilahi – ilmu dunia boleh dicari,  hidup untuk berbakti

Sekiaann...