Friday, October 7, 2011

Something Special



Hari ini, awal pekan, sebuah hari yang sangat padat dengan jadwal kuliah dari pagi sampai sore. Tidak hanya itu, juga karena dipenuhi dengan belajar mata kuliah yang cukup menguras pikiran dan tenaga. Hah, tidak seharusnya aku mengeluhkan keadaan ini! Toh, semua juga tidak akan sia-sia jika aku menjalaninya dengan semangat yang tinggi. Selalu bekerja keras, itulah kata yang selalu ditekankan oleh seorang dosen di suatu kelas. Pasti, semua akan indah pada waktunya.

Aku, bukanlah seorang mahasiswa yang kerjaannya hanya 3K (kampus, Kost, Kantin). Namun juga bukan seorang yang hiperaktif. Aku menjalani hidup berdasarkan kemampuan yang ada pada diriku. Aku punya keterbatasan yang tak mungkin dihindari. Aku, tak mau membiarkan dariku terbebani dengan apa yang telah menjadi keputusanku sebelum benar-benar terjun ke dalam sebuah dunia yang baru. Ada kalanya aku menjadi sangat aktif sampai-sampai lupa bahwa aku adalah seorang pelajar yang kewajibannya adalah belajar. Namun, terkadang, aku bagaikan seorang yang tak punya arti apapun di dunia ini. Tapi, satu hal yang pasti, aku menjalani semua dengan “terpaksa”. Terpaksa bahagia. Tak menjadikan sesuatu sebagai bahan untuk membuatjiwa tak nyaman.

Seperti pada sore ini. Selepas berjuang di dalam kelas yang hanya ada kursi, meja, teman dan buku, kaki tak kuarahkan ke tempat yang sangat nyaman bagi tubuhku saat itu—kasur di kamar. Apalagi setelah badan dan pikiran capai berat. Ada beberapa alasan yang membuatku bertindak demikian. Ada baiknya, aku melepaskan sejenak beban yang menggantung di pundak ini. Sekalian mencari suasana baru yang bisa mengalihkan sebentar pikiran-pikiran yang sedang menghantui belakangan ini. Juga mau belajar menjadi seseorang yang tidak sama dengan mahasiswa yang lain.

Aku melangkahkan kakiku dengan santai menuju sebuah tempat yang paling menenangkan dan yang paling memberikan kenyamanan bagi hati dan pikiran. Masjid. Yak, sebuah tempat yang baru “kutemukan” kurang dari seperempat umurku sekarang. Ketika aku menemukan teman-teman yang kuanggap sebagai teman yang sesungguhnya. Bukan teman yang kukenal beberapa waktu saja. ‘Semoga, kalian tetap mau menjadi temanku selamanya’.

Bukan tanpa tujuan ku melangkah ke tempat tersebut. Aku mempunyai sebuah tugas, yang bagi beberapa orang tugas tersebut adalah sebuah tugas yang sangat tidak mengasyikkan dan membosankan. Namun, tak jarang pula yang menganggap sebagai tugas yang mulia. Bagiku, tak ada perbuatan baik yang tidak akan memberi manfaat di suatu saat nanti. Entah cepat atau lambat, pasti akan menjadi “boomerang” bagi diri sendiri. Apalagi sebuah perbuatan yang akan membuat seseorang atau beberapa orang menjadi sedikit lebih mengetahui tentang kebaikan. Semoga!

Ada yang spesial di hari ini. Meskipun tiap hari ada hal-hal yang baru kudapatkan di sana, kali ini sungguh mengesankan. Ada seorang “teman”—aku menganggap semua orang sebagi teman, tak peduli berapa usia mereka, toh semua juga akan memberikan sesuatu yang menarik bagiku—yang aku tegur karena minum sambil berdiri. Meskipun tak jarang aku juga minum tidak sambil duduk, tapi semoga hal itu bisa selalu mengingatkanku akan apa yang kukatakan waktu itu.

Setelah beberapa kali aku suruh untuk minum sambil dduduk, lama kelamaan dia luluh juga. Dia duduksatu meter di hadapanku. Entah ada angin apa yang membuatnya tiba-tiba bicara kalao semua yang diciptakan Tuhan itu tak ada yang sia-sia. Tentu hal itu benar sekali. Bahkan bakteri yang tidak terlihat pun pasti ada manfaatnya.

“Bang, tau nggak kenapa lubang hidung ngadenya ke bawah?” katanya sambil sesekali meneguk minuman botolnya.

“He-eh”

“Coba kalo ngadepnya ke aats? Repot kan, kalo ujan ntar gimana, airnya masuk semua”. Sambil ketawa.

‘Iya, bener-bener”.

“Kenapa mata dua, di depan pula?” lanjutnya, “kalo satu di depan, satu di sini (sambil menunjuk kepala bagian belakang), kacamata nggak laku, Bang”.

Hehehe... anak ini pikirannya tidak seperti yang lain. Meskipun dia lebih muda dariku, tapi justru dia lebih membuatku terkesan. Terbuka, polos dan tak memandang usia sebagai sebuah alasan untuk tak bisa saling mengenal dan tak bisa saling berbagi. Darinya, kudapatkan sebuah pelajaran baru yang jarang-jarang bisa kuterima.

Tak bisa kupingkiri, ilmu tak tidak akan datang hanya dari orang-orang yang berpendidikan tinggi. Bahkan, dari seorang bayi pun, aku bisa mengambil sesuatu yang sangat luar biasa. Misalnya, ketika dia sedanag belajar jalan,  pasti tak jarang dia terjatuh dan menangis. Tapi, hal itu tak menjadikannya menyerah dan tak mau mencoba lagi. Dia terus berusaha agar kedua kakinya bisa menopang tubuhnya tanpa bantuan tangannya. Bayangkan saja jika seorang bayi menyerah dalam latihan berjalan, kita takkan bisa berlari ke sana kemari.

‘Terima kasih, teman. Darimu aku mendapatkan sebuah pelajaran yang luar biasa hari ini. tetap semangat belajar ya?’

PS: “teman”, salah seorang adik TPA ku yang baru kelas VI SD.

3 Oktober 2011

No comments:

Post a Comment